jpnn.com, JAKARTA - Pakar Ketenagakerjaan BRIN Triyono mengatakan program kartu prakerja dengan Perpu Cipta Kerja memiliki irisan besar, dalam hal menyediakan tenaga kerja dan membuka lapangan kerja.
“Kalau kita melihat Perpu Cipta Kerja, kalau dampaknya dengan prakerja memang ada irisannya sangat besar. Kalau kita lihat Cipta Kerja ini ekosistem berbasis untuk investasi. Investasi itu justru kebutuhannya dekat dengan ketenagakerjaan, tenaga kerja terdidik,” ujar Triyono, Rabu (11/1/2023).
BACA JUGA: Ekonom Apresiasi Keberlanjutan Program Prakerja Pemerintah Tahun 2023
Jika investasi masuk, maka industri bergerak dan membutuhkan tenaga kerja. Peserta yang telah mengikuti pelatihan kartu prakerja diharapkan kompeten dalam bersaing di dunia kerja.
“Kalau bicara dunia internasional saat ini lagi-lagi banyak presisi bahwa akan mengalami perlambatan, dan ini justru dengan hadirnya prakerja, dan pelatihan kerja lewat perpu ini bisa saling menguatkan,” kata Triyono.
BACA JUGA: Perpu Cipta Kerja Dipermasalahkan, Teddy Garuda: Tak Ada Hubungan dengan Putusan MK
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada Agustus 2022 terdapat sekitar 54,31 persen angkatan kerja berpendidikan SMP ke bawah. Dengan Kartu Prakerja pelatihan informal diberikan kepada siapa saja.
“Kalau bicara basis, tenaga kerja 50 persen ke atas masih banyak SMP ke bawah. Memang kalau kita melihat sejauh ini prakerja merupakan salah satu luaran bagaimana bisa meningkatkan skill bagi pekerja yang tidak memiliki kapasitas pendidikan secara formal,” kata Triyono.
BACA JUGA: Mulyanto Heran, Perpu Cipta Kerja Kok Bikin Royalti Batu Bara Nol Persen
Tenaga kerja yang bersaing, bukan cuma bermodal pendidikan formal tetapi juga informal.
Oleh karena itu, ketersediaan tenaga kerja harus berbarengan dengan terbukanya lapangan kerja.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan Kartu Prakerja 2023 akan memakai skema normal dan diberikan sebagai bentuk kompetensi kerja, bukan sekadar bansos.
Implementasi skema normal Kartu Prakerja yang akan mulai dibuka pada triwulan I 2023 tersebut yang menyasar sejumlah bidang pelatihan keterampilan tertentu yang paling dibutuhkan di masa kini dan mendatang.
Selain program pelatihan yang sudah ada, Menko Airlangga yang juga Ketua Umum Partai Golkar ini mengajak berbagai lembaga pelatihan dapat berpartisipasi menjadi bagian dalam ekosistem Prakerja dengan mengikuti sejumlah assesmen dan seleksi yang telah ditentukan.
“Pemerintah juga mengajak partisipasi masyarakat melalui skema kemitraan yang merupakan wujud Public Private Partnership (PPP) dalam bidang pengembangan SDM Indonesia,” kata Menko Airlangga.
Lebih Fokus
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad, Kartu Prakerja masih menyimpan beberapa pekerjaan rumah.
Pemerintah patut memperhatikan dimensi kualitas penerima manfaat untuk memperbesar peluang mereka ketika masuk ke pasar tenaga kerja.
Tauhid menilai target penerima manfaat Kartu Prakerja masih terlalu besar. Hal itu akan berdampak pada kualitas pelatihan yang diterima peserta, meski pelatihan akan dilakukan dengan metode luring.
"Sebab, ini nilainya Rp 3,5 juta, durasinya panjang, artinya intensitas pelatihannya menjadi kurang. Akhirnya tidak bisa meningkatkan skill dengan paket seperti itu," terangnya.
Tauhid menyarankan agar Kartu Prakerja berfokus pada peningkatan kualitas penerima manfaat, bukan pada kuantitas penerima manfaat.
"Akan lebih baik kalau misalnya jumlahnya jangan banyak, targetnya jangan sebanyak ini, tetapi kualitasnya yang diperlukan. Agar tingkat keterserapan di pasar kerja jauh lebih baik," tegasnya.
Selain itu, konsep Kartu Prakerja harus diubah. Pelaksana program patutnya dipilih dari lembaga pelatihan yang kompeten dan mempunyai kesesuaian dengan kebutuhan pasar.
"Lebih baik Kartu Prakerja disiapkan pada lembaga-lembaga yang memiliki skema pelatihan yang sesuai dengan perkembangan permintaan pasar. Pasarnya diidentifikasi dulu. Pasarnya kalau tidak ada lowongan ya buat apa?" pungkas Tauhid.(fri/jpnn)
Redaktur & Reporter : Friederich Batari