jpnn.com - JAKARTA - Ketua Dewan Etik Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi), Profesor Hamdi Muluk mengatakan meski dilakukan oleh banyak lembaga survei, idealnya hasil quick count (hitung cepat) terhadap sebuah pemilu tidak jauh berbeda.
Syaratnya menurut Hamdi, sepanjang metodologi dan pengambilan sampel berdasarkan prinsip-prinsip ilmiah yang disebut metode multistage random sampling.
BACA JUGA: Tokoh Lintas Agama Minta Semua Pihak Hormati Pilihan Rakyat
Andai hasilnya berbeda kata Hamdi, tidak boleh terlalu jauh, sebab margin error yang normal, tidak terlalu jauh yaitu 1,2 persen untuk sample sebanyak 2000 dan 0,6-0,7 persen untuk sampel sebanyak 4000.
"Jika hasilnya berbeda, apalagi selisihnya cukup jauh di antara banyak lembaga survei, kita patut mencurigai perbedaan tersebut. Bisa saja metodologi dan pengambilan sample di luar prinsip-prinsip ilmiah dan itu disengaja sehingga hasilnya juga beda," Hamdi Muluk, di Jakarta, Kamis (10/7), menyikapi perbedaan hasil hitung cepat pilpres 9 Juli lalu.
BACA JUGA: Ada Kepala Daerah Intimidasi Penyelenggara Pilpres
Dijelaskan Hamdi, jika lembaga survei yang mengadakan hitung cepat tidak berdasarkan sample yang random alias sengaja mengambil sampel yang sejenis, sama saja dengan kejahatan.
"Dalam konteks inilah, Persepi akan melakukan audit kepada lembaga survei anggota Persepi yang melakukan hitung cepat," tegasnya.
BACA JUGA: Ketua DPR Minta Masyarakat Tak Terprovokasi Hitung Cepat
Menurut Guru Besar Psikologi Politik Universitas Indonesia ini, metode hitung cepat pada dasarnya untuk mengetahui secara dini pilihan warga usai pencoblosan dalam pemilu legislatif atau pilpres. Agar efektif ujar dia, maka dalam praktiknya, proses hitung cepat itu dilakukan dengan mengambil sample, tidak semua TPS dihitung. Jika proses dan metodologinya benar, hasilnya tidak jauh berbeda dengan hitung manual.
"Jadi, sekali lagi, jika proses hitung cepat dilakukan dengan metodologi da cara yang benar, akan menghasilkan angka yang tidak jauh berbeda. Kalau meleset, ya toleransinya, margin error tadi," jelasnya.
Menjawab pertanyaan, bagaimana masyarakat menyikapi klaim kemenangan hitung cepat dari dua pasangan capres? Hamdi Muluk menyarankan agar masyarakat melihat hasil hitung cepat lembaga survei yang hasilnya mirip-mirip.
"Selain itu, masyarakat juga harus melihat rekam jejak lembaga survei serta orang-orang di belakangnya yang sudah diakui kredibilitasnya," pungkas Hamdi Muluk. (fas/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Muhammadiyah Ingatkan Pilpres Bukan Alasan Berperilaku Biadab
Redaktur : Tim Redaksi