Para guru Bahasa Indonesia di Australia sudah sibuk mempersiapkan kembalinya murid-murid ke kelas setelah liburan sekolah selesai.
Di negara bagian Victoria dengan ibu kota Melbourne, kebanyakan sekolah memulai tahun ajaran baru hari ini (31/01). Ini juga merupakan pertama kalinya bagi sejumlah murid untuk mengikuti kelas tatap muka.
BACA JUGA: Oknum Guru yang Viral di Surabaya Jadi Tersangka
Beberapa persiapan yang dilakukan pengajar antara lain menghias ruangan kelas, menyusun kurikulum, hingga mengantisipasi jika ada kasus positif di dalam kelas di tengah wabah Omicron.
Jarrad Rose, seorang guru Bahasa Indonesia di Langwarrin Park Primary School, mengaku sudah tidak sabar bertemu dengan para murid di kelas.
"Saya cukup bersemangat karena akan mengadakan kelas tatap muka dan mudah-mudahan bisa [terus berlangsung] sepanjang tahun," ujar Jarrad kepada Mariah Papadopoulos dari ABC Indonesia.
Jarrad yang sudah menjadi guru Bahasa Indonesia selama dua tahun harus mengajar secara online maupun tatap muka di tengah pandemi COVID-19.
BACA JUGA: Nusantara Akan Jadi Ibu Kota, Apakah Masalah Jakarta Akan Dapat Teratasi?
Ia mengatakan para murid sebelumnya sudah diajak untuk memasak, membuat karya seni, serta bermain trivia bersama dari jarak jauh.
Di tahun ajaran baru ini, ia berencana untuk memberikan tugas-tugas kreatif "untuk membuat anak-anak tetap terlibat", sekaligus menciptakan suasana kelas yang "menyenangkan".
"Saya harus beradaptasi seperti yang dilakukan setiap guru di seluruh dunia," ujarnya.
"Saya sudah membawa ukulele dan sebelumnya belajar memainkan beberapa lagu dalam Bahasa Indonesia."
Sementara itu, Tata Survi, guru di Huntingtower School Mount Waverley, ingin mengajarkan topik yang lebih kekinian bagi muridnya.
"Banyak buku pelajaran bahasa Indonesia yang diterbitkan di Australia adalah cetakan lama dan belum direvisi," ujar Tata.
"Kami mempertimbangkan [mengajar] topik yang lebih modern, relevan dengan generasi muda dan masyarakat Indonesia sekarang."
Meski akan mengajar secara tatap muka, Tata mengatakan masih ada siswa yang harus belajar online karena alasan kondisi kesehatan keluarga mereka.
Jarrad yang mengajar 650 murid juga selalu berusaha untuk mengajarkan topik berbeda bagi setiap tingkat kelas, yakni dari 'Foundation' sampai kelas 6.
"Saya berupaya membuat kelasnya sedikit berbeda, seiring perkembangan mereka dalam beberapa tahun," ujar Jarrad yang adalah satu-satunya guru Bahasa Indonesia di sekolahnya.
"Supaya mereka mengembangkan cinta [dan apresiasi] untuk bahasa Indonesia mulai dari masih berumur lima tahun sampai 12 tahun." Upaya menarik minat belajar Bahasa Indonesia
Beberapa lembaga pendidikan di Australia telah menghentikan pengajaran bahasa Asia, termasuk salah satunya Bahasa Indonesia.
Menyadari hal ini, Tata dan Jarrad berusaha untuk membuat pengalaman belajar para siswa lebih berkesan dengan menghias ruang kelasnya.
Tata mencoba menghias kelas dengan boneka yang mengenakan pakaian adat Indonesia agar para murid bisa bertanya alasan para boneka mengenakan kostum tersebut atau dari mana asalnya.
Ia menekankan untuk memahami konsep bahasa yang sebenarnya, siswa harus memahami konsep dari budayanya.
"Saya juga mengatakan jika bukan orang Indonesia yang membutuhkan orang Australia, tapi sebenarnya kita [Australia] yang membutuhkan mereka [Indonesia]," ujar Tata.
"Jika kita memegang kuncinya, semua kemungkinan yang kita inginkan lakukan bersama dengan Asia secara umum akan terbuka."
BACA ARTIKEL LAINNYA... Omicron Tak Terkendali, Pemerintah Nekat 100 Persen PTM Akhir Januari