Pertamina-Exxon Jajaki Kerja Sama Pengembangan Pusat Penangkapan dan Penyimpangan Karbon

Selasa, 14 November 2023 – 14:50 WIB
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati (tengah) bersama Direktur Utama Pertamina Hulu Energi Wiko Migantoro, dan Irtiza Sayyed selaku President of Low Carbon Solutions, ExxonMobil Asia Pacific Pte. Ltd menandatangani amandemen pokok-pokok perjanjian untuk pengembangan CCS yang berlangsung di Washington DC, Senin (13/11). Foto: Dokumentasi Humas Pertamina

jpnn.com, WASHINGTON DC - PT Pertamina (Persero) kembali membuktikan komitmennya menjadi perusahaan energi nasional yang memimpin program dekarbonisasi di Indonesia.

Bukti komitmen tersebut direalisasikan melalui kolaborasi dengan ExxonMobil, perusahaan energi asal Amerika Serikat, untuk pengembangan penangkapan dan penyimpanan karbon atau carbon capture storage (CCS) di Laut Jawa yang memiliki kapasitas mencapai 3 giga ton CO2 dengan nilai investasi di atas USD 2 miliar.

BACA JUGA: Pertamina Siapkan Generasi Muda Peduli Lingkungan Lewat Sekolah Energi Berdikari

Untuk mewujudkan rencana tersebut, Pertamina dan ExxonMobil menandatangani Amandemen Pokok-Pokok Perjanjian sebagai kelanjutan dari penjanjian yang sudah dihasilkan pada gelaran G20 November 2022 lalu.
Penandatanganan dilakukan Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina Hulu Energi Wiko Migantoro, dan Irtiza Sayyed selaku President of Low Carbon Solutions, ExxonMobil Asia Pacific Pte. Ltd.

Pada perjanjian ini Pertamina dan ExxonMobil bersepakat untuk melanjutkan kerja samanya untuk evaluasi CCS Hub di bagian barat Laut Jawa, tepatnya di Cekungan Asri dan Cekungan Sunda.

BACA JUGA: Pertamina dan Chevron Bangun Kerja Sama Wujudkan Komitmen Pemanfaatan Karbon

CCS Hub di lokasi ini diharapkan menawarkan penyimpanan geologis dalam volume yang signifikan, yang dapat menangkap dan menginjeksikan CO2 dari industri dalam negeri dan regional.

Momen penandatanganan yang dilaksanakan pada Senin (13/11) di Washington DC tersebut turut disaksikan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Ad-Interim Erick Thohir, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif, serta Duta Besar Amerika Serikat untuk Republik Indonesia.

BACA JUGA: Di Forum Sinopec, Dirut Pertamina Sampaikan Keamanan Energi Prioritas Utama Indonesia

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia Ad-Interim Erick Thohir menyampaikan perjanjian yang ditandatangani tersebut menandakan langkah penting dalam perjalanan Indonesia sebagai pemimpin dalam pengurangan emisi.

"Teknologi mutakhir di balik CCS Hub tidak hanya akan mengurangi emisi dan mendorong industri rendah karbon, tetapi juga menciptakan lapangan kerja dan menarik investasi,” kata Erick Thohir.

Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi Jodi Mahardi menambahkan dokumen yang ditandatangani ini merupakan bagian penting dari proses panjang yang telah dilakukan Pemerintah Indonesia untuk membangun ekosistem CCS.

Menurut Jodi, perjanjian ini membuktikan bahwa semua perangkat di Indonesia, khususnya dari sisi pemerintah, telah siap memanfaatkan potensi CCS Indonesia untuk kemajuan industri rendah karbon, peningkatan investasi, dan pembukaan lapangan kerja baru untuk Masyarakat Indonesia.

Senior Vice President, ExxonMobil Corporation Jack P. Williams mengaku bangga dapat berkolaborasi dengan Pertamina dan Pemerintah Indonesia dalam proyek-proyek transformatif ini.

"Bersama-sama, kita mempunyai peluang untuk mengurangi emisi dan mendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan seluruh kawasan,” ujar Jack P. Williams.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menyampaikan Pertamina secara konsisten terus mengembangkan program dekarbonisasi salah satunya dengan pengembangan CCS Hub yang akan dibangun dengan kerja sama bersama mitra strategis seperti dengan ExxonMobil.

Menurut Nicke, proyek ini berpeluang untuk menyimpan CO2 di wilayah strategis dengan pengembangan CCS Hub di wilayah Jawa di mana sangat dekat dengan lokasi berbagai industri.

CCS Hub ini akan menyediakan akses terhadap penyimpanan geologi di akuifer asin (saline aquifer), yang dapat menampung setidaknya 3 giga ton karbon dioksida (CO2) dari industri padat karbon dalam negeri dan regional.

”Proyek ini akan memungkinkan Indonesia menjadi pemimpin regional dalam dekarbonisasi industri, karena memiliki potensi penyimpanan karbon yang sangat besar. Harapannya di masa depan Indonesia dapat menjadi pusat CCS di Asia Tenggara,” ungkap Nicke.

Pertamina sebagai perusahaan pemimpin di bidang transisi energi, berkomitmen dalam mendukung target Net Zero Emission 2060 dengan terus mendorong program-program yang berdampak langsung pada capaian Sustainable Development Goals (SDG’s).

Seluruh upaya tersebut sejalan dengan penerapan Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasi Pertamina. (mrk/jpnn)

Yuk, Simak Juga Video ini!


Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler