Pertamina Incar Laba Rp 17,7 Triliun

Kamis, 17 Maret 2011 – 21:20 WIB
JAKARTA - PT Pertamina (Persero) tahun ini membidik laba bersih sebanyak Rp 17,7 triliun atau naik 12 persen dibanding laba tahun lalu yakni mencapai Rp 15,8 triliunPerusahaan migas pelat merah itu memang mematok laba bersih meningkat rata-rata 11 persen tiap tahunnya hingga 2015 mendatang.

"Di tahun 2015, kami menargetkan pendapatan laba bersih perusahaan menjadi Rp 27,3 triliun

BACA JUGA: Pacu Ekspor Kertas ke Iran

Ini meningkat 11 persen dari 2011 sampai 2015, dimana pada RKAP 2011 kami menargetkan pendapatan laba bersih sebesar Rp 17,7 triliun," jelas Direktur Utama Pertamina, Karen Agustiawan di Jakarta, Rabu (16/3).

Sesuai dengan perencanaan perseroan, laba yang ditargetkan di 2015 tersebut dapat dicapai sesui dengan peningkatan proyeksi laba bersih di 2014 yakni yang didorong oleh peningkatan profitablilitas sektor hilir dengan mulai beroperasinya RFCC dan PLBC RU di kilang Cilacap
Selain itu, adanya target peningkatan produksi migas yang mencapai 703 ribu barel ekuivalen minyak pada 2015.

Ia menungkapkan, penghitungan proyeksi laba bersih menggunakan asumsi utama dengan ICP (Indonesian Crude Price) yakni USD 80 per barel dan nilai tukar rupiah sebesar Rp 9.000 per USD.

Sementara itu, untuk alokasi dana investasi, Pertamina telah menyiapkan Rp 265 triliun tahun ini hingga 2015 mendatang

BACA JUGA: Polytron Kenalkan Tag Line Baru

Menurut Karen, dari jumlah tersebut, 70 persennya digunakan untuk mengembangkan bisnis sektor hulu migas
Sedangkan untuk peningkatan profitabilitas di sektor hilir, direncanakan upgrade pada kilangnya dengan porsi hingga 18 persen.

Karen menambahkan, Pertamina memproyeksikan peningkatan produksi migas yang mencapai 703 MOEBPD (ribu barel minyak ekuivalen per hari) pada 2015 yang merupakan salah satu sumber pertumbuhan produksi dan akuisisi

BACA JUGA: Mandiri Incar Tiga Perusahaan Asuransi

Produksi Geothermal dipatok tumbuh mulai 2013 karena mulai beroperasinya proyek-proyek baru.

Pertamina juga merencanakan investasi pada Production Assets (70 persen biaya akuisisi), Undeveloped and Near Production Assets (20 persen biaya akuisisi), serta Exploration Assets (10 persen biaya produksi)Sebagai usaha peningkatan produksi dan cadangan, Karen mengatakan, langkah akuisisi merupakan opsi terbaik(lum)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Telkom Juga Tertarik pada StarOne


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler