jpnn.com - JAKARTA - Kerugian PT Pertamina di awal tahun 2015 sebesar USD 212,3 juta atau setara Rp 2,75 triliun dinilai bukan semata kesalahan jajaran direksi pimpinan Dwi Soetjipto.
Direktur Eksekutif Energy Watch, Ferdinand Hutahaean melihat kerugian Pertamina bersumber dari kesalahan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno.
BACA JUGA: Jalur KA Tanjung Priok Masih Terkendala Lahan
Menurut Ferdinand, Rini kurang paham mencari sosok yang tepat untuk memimpin Pertamina, yang berakibat kerugian selama bulan Januari-Februari 2015 sebesar Rp 2,75 triliun.
"Saya pikir ini kegagalan kolektif, yang berawal dari kegagalan menteri BUMN memilih figur yang tidak tepat dan tidak memahami ruang gelap di Pertamina. Akhirnya kesalahan memilih direksi ini berakibat pada kerugian yang besar," ungkap Ferdinand kepada JPNN.com, Rabu (15/4).
BACA JUGA: Saat Kampanye sebut 7 Persen, kini...
Kesalahan Rini dalam memilih direksi Pertamina bakal berbuah fatal bagi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pasalnya, Pertamina termasuk BUMN besar yang diharapkan kontribusinya bagi pendapatan negara.
"Ini ancaman bagi APBN, karena akan terjadi defisit yang besar sebagai akibat dari target-target penerimaan negara yang tidak tercapai," jelasnya.
BACA JUGA: Sarankan Pemerintah Tempuh Tax Amnesty Ketimbang Terapkan Sunset Policy
Untuk menutupi kerugian sebesar itu, direksi Pertamina harus bekerja ekstra keras untuk merevitalisasi dan melakukan efisiensi di tengah menurunnya harga minyak dunia.
Sebab menurut Ferdinand, bila upaya tersebut tidak dilakukan nasib Pertamina ke depan semakin mengkhawatirkan. (chi/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 30 Daerah Tandatangani Komitmen Pengembangan Transmigrasi
Redaktur : Tim Redaksi