jpnn.com, BALI - Pertamina dan ExxonMobil melakukan kerja sama untuk memperkuat penurunan emisi karbon sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi melalui investasi.
Kerja sama tersebut ditandai dengan tandatangan Head of Agreement (HoA) oleh Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati dan President Asia Pacific Exxon Mobile Low Carbon Solution and President ExxonMobil Indonesia, Irtiza Sayyed yang disaksikan oleh Duta Besar A.S. untuk Republik Indonesia Sung Y. Kim di Nusa Dua, Bali pada Minggu (13/11).
BACA JUGA: Komitmen Pertamina Dukung Emisi Nol Bersih dengan Inisiatif Dekarbonisasi & Kolaborasi
Dalam penandatangan kerja sama itu turut dihadiri Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut B Pandjaitan dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Arifin Tasrif.
Kerja sama Pertamina dengan Exxon dilakukan melalui studi bersama untuk melihat potensi penyimpanan CO2 di formasi saline di wilayah kerja Pertamina.
BACA JUGA: Pertamina Dinilai Punya Peran Besar dalam Transisi Energi
Selain itu, Pertamina melakukan studi bagaimana upaya dan inisiatif dekarbonisasi.
Salah satunya melalui CCS yang diharapkan mampu memberikan sumbangsih pada aspek energy security.
BACA JUGA: Pertamina NRE Gandeng Keppel Infrastructure dan Chevron Garap Proyek Hidrogen & Amonia Hijau
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan mengatakan Pemerintah Indonesia sedang berupaya mengembangkan regulasi yang mendukung Carbon Capture & Storage (CCS) dan memulai pembahasan dengan Pemerintah di wilayah lain.
"Kesepakatan bersama ini merupakan landasan yang kokoh bagi Indonesia untuk secara mencapai target nol bersih pada 2060 atau lebih cepat,” kata Luhut B.Pandjaitan.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan kerja sama pengembangan CCS dan dekarbonisasi sejalan dalam mendukung program Pemerintah untuk mempercepat transisi energi dan target penurunan emisi sebesar 29 persen pada 2030.
“Implementasi teknologi tersebut akan memprioritaskan sumber daya di ranah domestik, pembukaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan bagi negara,” kata Nicke.
Nicke menegaskan, cara cepat pengembangan transisi energi baru terbarukan dan dekarbonisasi di Indonesia adalah melalui partnership.
Hal itu untuk menjawab tiga tantangan global sekaligus yaitu teknologi, finance, dan human capital.
Penerapan teknologi CCS, imbuh Nicke, diharapkan akan berperan penting dalam menurunkan gas rumah kaca di atmosfer, yang berkontribusi terhadap pemanasan global, perubahan iklim, pengasaman laut, dan hilangnya keanekaragaman hayati.
“Selain mengurangi emisi sekaligus meningkatkan produksi migas nasional,” tutur Nicke.
Secara total, Pertamina tengah menggarap enam proyek CCS/CCUS dengan menyeleksi lapangan-lapangan yang dapat digunakan sebagai tempat injeksi CO2.
Keenam lahan potensial tersebut berada di berbagai wilayah lepas pantai dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi.
“Pengembangan teknologi CCS sejalan dengan komitmen Pertamina untuk menerapkan Environmental, Social, & Governance (ESG) di semua lini bisnis perusahaan,” tandas Nicke. (jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pertamina Patra Niaga Jamin Pasokan & Ketersediaan Energi Selama Agenda G20 Bali
Redaktur : Dedi Sofian
Reporter : Dedi Sofian, Dedi Sofian