jpnn.com, PALEMBANG - Pertamini sebagai pengecer ilegal BBM (bahan bakar minyak) bakal dijadikan sebagai sub penyalur resmi, menjual produk baru bernama G-Lite.
Sekjen DPD Hiswana Migas (Himpunan Pengusaha Swasta Nasional Minyak dan Gas Bumi) Sumbagsel, Nina Hikmah, mengungkap hal itu, kemarin.
BACA JUGA: Divestasi Freeport Beres, Tinggal Tunggu Perpajakan
“Kami yang mengusulkan itu dan memang kini regulasinya tengah disusun BPH Migas. Targetnya Oktober bisa jalan di Sumsel,” ujarnya di sela acara bedah buku d'Gil! Marketing: Think There is No Box! karya Ahmad Bambang, di Gedung Parta Ogan, kemarin (21/8).
Pertimbangan pelegalan, kata dia, karena selama ini keberadaan Pertamini liar dan safety-nya diragukan.
BACA JUGA: Sri Mulyani Jamin Harga BBM dan Tarif Listrik Tahun Depan Tak Naik
“BBM-nya pun tidak jelas ngambil di mana. Dengan pelegalan, maka Pertamini terkoordinir dan terarah. Terutama masalah safety,” ujarnya. Diakui Nina, Pertamini nanti menjual G-Lite. Di SPBU setara Pertalite dengan RON 90.
Supaya berjalan baik, pihaknya nanti yang akan mengatur keseragaman baik itu booth Pertamini (dispenser dan noozle), operator, seragam, dan branding.
BACA JUGA: Dongkrak Daya Beli Masyarakat, Harga BBM dan Listrik tak Naik
Ini penting untuk memastikan keamanan dan legalitasnya. “Operatornya wajib mengikuti pelatihan, jadi betul-betul profesional dan mirip SPBU,” ujarnya.
Drum untuk simpan BBM juga tak boleh sembarangan harus bekas avtur.
Menurutnya, Hiswana Migas juga mengkoordinatori pengurusan izin. “Tinggal pemilik kios atau masyarakat yang mau buka usaha melapor. Kita punya perusahaan Garuda Mas Energi (GME) berizin niaga umum (INU) yang akan mengurus Pertamini,” bebernya.
Dikatakan, pemilik Pertamini bisa tebus BBM di SPBU dengan harga yang sama Rp7.700 seperti harga Pertalite.
“Nanti kita siapkan, estimasinya sekitar seribu ton per hari. Pembelian BBM per drum isi 200 liter,” sebutnya.
Tapi untuk harga jual Pertamini ke masyarakat, nanti diatur di kemudian hari karena perlu dibahas bersama.
Saat ini pihaknya tengah membuat peta pemasaran terlebih dahulu bersama DPC. Sebab jangan sampai keberadaannya justru mengacaukan SPBU.
Pihaknya juga belum mengetahui jumlah pasti Pertamini, tapi dia melihat radius 100 meter sepanjang jalan sudah ada kios tersebut.
“Pertamini ini tak terbatas dengan pemilik kios yang sudah ada. Bagi masyarakat yang ingin buat Pertamini juga silakan. Hanya memang kita prioritaskan daerah pelosok yang belum punya SPBU supaya distribusi BBM lancar,” ucapnya.
General Manager Pertamina Marketing Operation Region (MOR) II Sumbagsel, Erwin Hiswanto, menerangkan produk G-Lite maupun pemasarannya tengah diproses perseroan.
“Dimulai di pusat dulu, nanti setelah evaluasi dan oke baru disebar ke daerah,” ujarnya.
Erwin menjelaskan pemasaran G-Lite melalui Pertamini tidak ada batasan jarak. Akan tetapi, pedagang tentu harus pandai mencari lokasi strategis dan menguntungkan usahanya.
“Seperti jalan yang banyak dilalui pengendara motor, atau lokasi jauh dari SPBU,” tandasnya.
Terkait rencana pelegalan itu, sejumlah pemilik kios ikut merespon. “Bagi kami yang penting tak merugikan dan tetap mendapat untung (margin). Kami setuju saja, tapi jangan pula nanti harga jualnya disamakan dengan SPBU,” ujar Dodi (34), pemilik kios Pertamini Jl Kampus POM IX, kemarin.
Apalagi beli alat Pertamini ini tidak murah, harganya Rp25 juta dari agen Pertamini di Lampung.
“Mesin Pertamini digital saya punya kapasitas 200 liter, tetapi saya isi maksimal 60 liter,” sebut pria yang baru 2 bulan menekuni bisnis ini.
Dia beli Pertalite di kios SPBU Musi II dengan harga normal Rp7.700 per liter. Dia menjualnya lagi mengambil untung Rp500 per liter.
Johan (40), pemilik Pertamini di Jl Mandi Api justru mengaku tak menyoal legal atau tidak, karena selama ini juga tak pernah ada razia.
“Sehari saya bisa habiskan 40 liter premium, dijual Rp8 ribu per liter,” katanya. Dia sendiri biasa beli premium di SPBU pakai jeriken 25 liter.
Selama ini, kata Johan, dia tak menemui kendala apapun karena memang alat Pertamininya dirancang safety.
“Kalau punya saya Pertamini manual, harganya 1 set cuma Rp3 juta dengan kapasitas 5 liter,” sebutnya. Yang mahal itu Pertamini digital pakai listrik sampai Rp15 juta per unit.
Adit (30), pemilik Pertamini di Jl Inspektur Marzuki mengaku senang jika dilegalkan. “Kalau saya jual Pertalite Rp9 ribu per liter dan sehari bisa habis 30 liter,” imbuhnya. Dia pun klaim Pertamininya aman dan tak pernah bermasalah.
Lalu bagaimana respon di daerah? Rozi, warga Karang Dapo Kabupaten Musi Rawas Utara mengaku di Muratara hanya ada dua SPBU beroperasi.
“Kami jual bensin eceran ini untuk membantu warga. Belinya di SPBU Kecamatan Rupit,” ujarnya. Dia sendiri sehari bisa jual 20-25 liter bensin dengan harga Pertalite Rp9 ribu per liter.
Nah dia pun mendukung pelegalan Pertamini. “Dengan begitu akan memudahkan karena Pertamini bisa masuk sampai pelosok,” lanjutnya. (yun/uni/kms/cj13/dwa/gsm/yud/fad/ce1)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kini Giliran Midscale Hotel
Redaktur & Reporter : Soetomo