jpnn.com - JAKARTA - Pertemuan Presiden Joko Widodo dengan Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri di Istana Batutulis, Bogor, Sabtu (8/10) kemarin, tidak membahas langkah Partai NasDem yang memutuskan mendukung Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai kandidat presiden di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
Hal tersebut dikemukakan Sekretaris Jenderal DPP PDIP Hasto Kristiyanto seusia mengikuti gelar wicara 'HUT ke-77 TNI adalah Kita. Sejarah, Kepeloporan, dan Desain Masa Depan TNI' di Kantor DPP PDI Perjuangan, Jakarta Pusat, Minggu (9/10).
BACA JUGA: Hasto Sebut Si Biru Sudah Lepas dari Koalisi Pemerintah, Sindir Siapa sih?
"Tidak ada kaitannya dengan itu (NasDem dukung Anies)," ujar Hasto.
Menurut Hasto pertemuan Mega dan Jokowi direncanakan secara periodik dan sering dilakukan baik di Istana Merdeka, Istana Bogor, maupun di Batutulis.
BACA JUGA: Jokowi-Mega Bertemu Setelah Puan-Airlangga Jalan Sehat Bersama, Pertanda Apa ya?
Menurut Hasto, Istana Batutulis dipilih sebagai tempat pertemuan karena alasan historis.
Dia menceritakan lokasi itu tempat saat Megawati mempersiapkan Jokowi sebagai gubernur DKI Jakarta.
BACA JUGA: PDIP Berkomitmen Perkuat Pertahanan Indonesia
"Jadi, itu suatu tempat yang secara historis kepemimpinan Pak Jokowi juga sangat kuat. Suasana kebatinan itu yang mengambil pembahasan fundamental bangsa dan negara," katanya.
Terkait pasangan bakal calon presiden yang akan diusung PDIP di Pilpres 2024, Hasto menegaskan sepenuhnya kewenangan Mega sebagai ketua umum PDIP.
Seluruh kader berlambang banteng hitam bermoncong putih tetap disiplin menunggu arahan Megawati.
Hasto juga menegaskan PDI Perjuangan tidak ingin terburu-buru menetapkan dan mendeklarasikan bakal capres demi pengaruh ekor jas atau coattail effect, yakni merujuk pada hasil yang diraih dengan melibatkan tokoh penting atau tokoh tersohor.
"PDI Perjuangan mencalonkan pemimpin dengan kesadaran bahwa memimpin bangsa dan negara tidak ringan tanggung jawabnya, perlu dipersiapkan matang. Apa yang menjadi harapan rakyat itu yang akan dijawab PDI Perjuangan," katanya.
Dia menyebut salah satu poin yang dibahas dalam pertemuan antara Megawati dan Jokowi itu juga terkait kepemimpinan nasional.
Dengan populasi yang begitu besar, katanya, Indonesia perlu satu pemimpin dengan rekam jejak kepemimpinan yang baik, sehingga hal itu juga dibahas dalam pertemuan di Batutulis tersebut.
"Ini dilakukan bagi masa depan bangsa dan negara. Demi kesinambungan kepemimpinan sejak Bung Karno, kemudian Ibu Mega, Pak Jokowi serta kepemimpinan yang akan datang," kata Hasto.
Dia juga mengingatkan Pemilu 2024 adalah momentum dalam mempersiapkan pemimpin bangsa.
Oleh karena itu PDI Perjuangan mencari sosok yang mampu mengemban tanggung jawab tersebut.
"Kami tidak mencari sosok pemimpin yang hanya bisa menarasikan keberhasilan, sehingga ketika ada banjir dalam wilayah dengan 30.000 RT, lalu banjir (menimpa) 30 RT, itu dikatakan tidak sampai satu persen."
"Politik itu bukan kalkulasi satu sampai lima persen, tetapi tanggung jawab bagi bangsa dan negara," katanya.
Hasto mengaku sempat menanyakan kepada Megawati soal siapa sosok kandidat presiden dan kandidat wakil presiden yang akan diusung PDI Perjuangan, seusai pertemuannya dengan Jokowi.
"Saya tanya ke Ibu Mega, bagaimana pencapresan? Ibu Mega hanya jawab, sabar saja, tunggu saatnya," kata Hasto. (Antara/jpnn)
Simak! Video Pilihan Redaksi:
BACA ARTIKEL LAINNYA... PDIP Rayakan HUT Ke-77 TNI dengan Sederhana, Makan Ayam Petarung
Redaktur & Reporter : Kennorton Girsang