jpnn.com, JAKARTA - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) RI Nadiem Makarim menemui Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Megawati Soekarnoputri, Selasa (20/4), di kediaman Mega di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat.
Nadiem bahkan menggunggah foto pertemuannya dengan Presiden Kelima RI yang juga Putri Proklamator Kemerdekaan RI Bung Karno itu di akun resminya di Instagram.
BACA JUGA: Ahmad Basarah Beber Isi Pertemuan Megawati Soekarnoputri dan Nadiem Makarim
Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan pertemuan Presiden Kelima RI itu dengan Nadiem yang berlangsung selama dua jam itu hanya mendiskusikan masalah pendidikan.
Menurutnya, Megawati dikenal sebagai sosok negarawan dengan pengalaman yang luas.
BACA JUGA: Bisa Saja Megawati Mengusung Kader Terbaiknya Ini di Pilpres 2024
"Usia 14 tahun, Ibu Mega sudah menjadi delegasi termuda GNB di Beograd. Sejak kecil, beliau diajak Bung Karno menerima tokoh-tokoh mancanegara dan tokoh kebangsaan, tokoh agama, dan tokoh pergerakan, juga tokoh-tokoh perjuangan," kata Hasto dalam keterangan yang diterima, Rabu (21/4).
Hasto menjelaskan, Ketua Umum PDI Perjuangan itu juga secara periodik berdialog dengan Presiden Jokowi dan jajaran pemerintahannya.
BACA JUGA: Nadiem Makarim Dinilai Kandidat Kuat Mendikbud-Ristekdikti
Baik dari kalangan menteri, badan negara, maupun pimpinan partai dan lembaga tinggi negara.
Pertemuan dengan Nadiem sudah dilakukan beberapa kali, guna membahas politik pendidikan yang bertumpu pada upaya mencerdaskan kehidupan bangsa.
"Politik pendidikan untuk meletakkan landasan kebudayaan bagi kemajuan bangsanya melalui penguasaan iptek, politik pendidikan yang berakar pada sejarah perjuangan bangsa," kata Hasto.
Oleh karena itu, lanjut Hasto, dialog tersebut bertujuan untuk kepentingan kemajuan dan peningkatan kualitas pendidikan nasional bangsa.
Hasto mengatakan tema yang dibahas dalam pertemuan itu dimulai dari politik pendidikan, pentingnya Pancasila, budi pekerti, serta kebudayaan.
Megawati, lanjut Hasto, berulang kali menekankan pentingnya pendidikan karakter, nasionalisme, gotong royong, dan pengenalan Indonesia yang begitu plural.
"Jadi, bukan hanya aspek kognitif saja. Ibu Mega juga banyak menceritakan pengalamannya ketika oleh Bung Karno diminta belajar di Perguruan Cikini yang didirikan oleh para pejuang perempuan," kata dia.
Hasto melanjutkan, jika kemudian ada yang mengaitkan dengan isu reshuffle kabinet, maka hal itu kesimpulan yang keliru.
Sebab, PDI Perjuangan selalu memegang prinsip bahwa reshuffle hanya terjadi atas keputusan Presiden Jokowi.
"Pertemuan tersebut tidak membahas hal itu. Karena persoalan pendidikan sebagai dasar kemajuan bangsa merupakan hal yang fundamental," kata dia.
Hasto juga menyatakan bahwa PDIP memandang kinerja Nadiem sejauh ini terutama dengan pendidikan yang memerdekakan dan berakar pada falsafah pemikiran Ki Hadjar Dewantara perlu mendapat dukungan.
Hasto juga menyatakan PDIP tidak melihat menteri sebagai individu.
PDIP, lanjut Hasto, melihat menteri sebagai pembantu presiden yang harus menjalankan kebijakan yang berfokus pada upaya menjalankan konstitusi dan UU dengan selurus-lurusnya.
Terlebih pendidikan juga harus mengedepankan objektivitas, rasionalitas, dan semangat juang untuk menguasai ilmu pengetahuan.
"Atas pemaparan Menteri Pendidikan bagaimana pendidikan juga membumikan Pancasila sangat menarik dan penuh dengan inovasi dan terobosan," kata Hasto Kristiyanto. (tan/jpnn)
Jangan Lewatkan Video Terbaru:
Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga