Pertemuan Persiapan WCCE Ciptakan Efek Kerja Sama Bola Salju

Senin, 04 Desember 2017 – 20:18 WIB
Triawan Munaf. Foto: Toni Suhartono/Indopos/JPNN

jpnn.com, BANDUNG - Indonesia menggelar pertemuan persiapan Konferensi Dunia Ekonomi Kreatif (World Conference on Creative Economy/WCCE) di Bandung, Jawa Barat, 4-7 Desember 2017.

Pertemuan yang diselenggarakan oleh Badan Ekonomi Kreatif Indonesia (Bekraf) itu untuk membahas elemen kunci dari empat isu utama.

BACA JUGA: Eureka Township Bakal Diisi Sentra Industri Kreatif

Hasil pertemuan digunakan sebagai rekomendasi konkret yang akan dibahas lebih lanjut di WCCE 2018 di Bali.

Topik yang akan dibahas meliputi The Butterfly Effect: Dampak Sosial Ekonomi Kreatif (Kohesi Sosial); Datang dengan Peraturan Kreatif yang Tepat, Membuat Penawaran Industri Kreatif Tidak Bisa Menolak, Mengambil Ekosistem Ekonomi Kreatif dan Usaha dengan Tinggi Baru, serta Menguraikan Masa Depan Ekonomi Kreatif.

BACA JUGA: Bandung Bisa Jadi Silicon Valley Indonesia

Pertemuan itu tak lepas dari makin pentingnya peran industri kreatif dalam perekonomian global.

Sektor industri kreatif diprediksi menjadi tulang punggung perekonomian global pada masa mendatang.

BACA JUGA: Bekraf Gandeng ITB kembangkan Game dan Aplikasi di Indonesia

Pertumbuhan eksponensial ke industri kreatif tak lepas dari ketergantungan masyarakat global terhadap teknologi infomasi dalam aktivitas sehari-hari.

Di antaranya, industri perangkat lunak komputer, film, musik, publikasi, hiburan, dan fashion.

Di Indonesia, industri kreatif mengalami pertumbuhan eksponensial dalam tiga tahun terakhir.

Berdasar data nasional, industri kreatif telah menyerap 15,9 juta tenaga kerja dengan kontribusi 7,3 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) atau setara dengan Rp 852 triliun.

Pada skala global, nilai ekonomi industri kreatif melampaui industri perminyakan.

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Konferensi Perdagangan dan Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations Conference on Trade and Development/UNCTAD) pada 2012, industri kreatif menyumbang USD 2,2 triliun.

Nominal tersebut 230 persen lebih banyak dari nilai ekspor minyak Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC).

"Dalam sejarah dunia, tidak ada industri tunggal yang berkembang tanpa kerja sama antarnegara. Inilah yang mendasari Indonesia untuk menyelenggarakan Konferensi Dunia Ekonomi Kreatif yang bertujuan menciptakan efek kerja sama bola salju,” kata Kepala Bekraf Triawan Munaf, Senin (4/12).

Pertemuan persiapan WCCE itu dihadiri oleh pejabat pemerintah, organisasi internasional, para ahli, sektor swasta dan akademisi dari sepuluh negara.

Para pembicara, antara lain, Wakil Menko Perekonomian untuk Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing UKM Rudy Salahudin, Presiden KOCCA Hong Sangpyo, dan perwakilan Pembangunan Eropa dan Internasional SXSW's Mirko Whitfield.

Ada juga Dibya Wardana dari AMCHAM, Direktur Dewan Inggris Paul Smith, CEO Festival Adelaide Christy Anthony, Kittiratana P dari TCDC Thailand, Wali Kota Liverpool Joe Anderson, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, dan Tita Larasati dari BCCF.

"Konferensi ini melibatkan perwakilan dari negara-negara yang memiliki kepentingan kuat dalam pengembangan industri kreatif. Konferensi juga membahas cara dan sarana untuk memperkuat kerja sama, termasuk aspek pendanaan dan peraturan pemerintah," tambah Triawan.

Dia mengatakan, konferensi tersebut diharapkan menghasilkan rekomendasi yang akan dibahas dan disepakati pada acara puncak WCCE di Bali pada 2018. (jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bekraf Umumkan Kurator Terpilih VAB 2018


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler