Pertemuan Tahunan IMF-World Bank Kans Jaring Investor Dunia

Selasa, 18 September 2018 – 01:29 WIB
Ilustrasi rupiah dan dolar. Foto: JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika R. Niken Widiastuti mengatakan, pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional (IMF)-World Bank di Bali, 8-14 Oktober 2018, akan dihadiri 1.500-2.00 jurnalis dalam dan luar negeri.

Selain itu, ada banyak sekali pelaku usaha maupun investor yang hadir.

BACA JUGA: Pak Jokowi Sebut Dua Defisit Ini Jadi Masalah Besar Nasional

’’Agenda ini menjadi peluang Indonesia membangun jaringan investor kelas dunia,’’ tutur Niken akhir pekan kemarin.

Kepala Pusat Kebijakan Pembiayaan Perubahan Iklim dan Multilateral Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Parjiono menyatakan, isu urbanisasi juga menjadi salah satu agenda prioritas yang dibahas dalam pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional (IMF)-World Bank di Bali, 8-14 Oktober 2018.

BACA JUGA: Kerahkan Tim Spiderman Bernyali Tinggi untuk Selesaikan GWK

 Saat ini World Bank melakukan studi terkait dengan urbanisasi yang banyak terjadi di negara-negara berkembang.

Urbanisasi yang memantik gelombang penduduk dari desa menuju kota menjadikan program pembangunan dan pengentasan kemiskinan kian menantang.

BACA JUGA: Saham BTN Masih Jadi Prioritas Investor

Menurut Parjiono, salah satu kajian awalnya adalah pentingnya pembangunan infrastruktur konektivitas untuk memecahkan persoalan urbanisasi.

’’Selain infrastruktur, pengembangan kualitas sumber daya manusia (SDM) sangat penting,’’ ujar Parjiono.

Parjiono menuturkan, selain mendorong terciptanya SDM berkualitas, pemerintah Indonesia menyikapi dengan pembukaan akses pada pendidikan, kesehatan, dan jaminan sosial.

Meski begitu, lanjut dia, saat ini ada beberapa faktor yang harus diwaspadai negara seperti Indonesia dan Malaysia soal besarnya kontribusi sektor perkebunan kelapa sawit dalam perekonomian maupun petani langsung.

Di sisi lain, beberapa negara Eropa mulai menghentikan konsumsi minyak sawit karena terpengaruh isu lingkungan.

Akibatnya, permintaan dan harga sawit di pasar dunia berpotensi turun. Negara-negara lain juga memiliki tantangan perekonomian.

Karena itu, Indonesia nanti memberikan gambaran maupun strategi untuk me-manage potensi volatilitas ekonomi.

’’Buktinya, Indonesia mampu menjaga pertumbuhan ekonomi,’’ tegas Parjiono. (nis/ken/c14/oki)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Saham BTN Masih Prospektif untuk Dikoleksi


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler