Saham BTN Masih Prospektif untuk Dikoleksi

Minggu, 08 Juli 2018 – 22:37 WIB
Beberapa nilai saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Foto dok Yessy Artada/jpnn

jpnn.com, JAKARTA - Saham PT Bank Tabungan Negara (BTN) dinilai masih prospektif untuk dikoleksi. Pasalnya dengan harga saat ini, price to book value/PBV BBTN sudah sangat rendah hanya 1,2X P/BV atau setingkat seperti sebelum program satu juta rumah digulirkan.

Head of Research Sinarmas Sekuritas, Evan Lie Hadiwidjaja mengatakan dengan P/BV yang rendah ini, maka target harga saham BTN hingga akhir 2019 mencapai Rp 3.475 per saham.

BACA JUGA: Melantai di Bursa, Anak Usaha Grup MAP Raih Rp 897 Miliar

“Kami melihat program satu juta rumah akan sangat menguntungkan dan mendorong peningkatan pendapatan,” kata Evan di Jakarta, Minggu (8/7).

Menurut Evan, untuk tahun ini Sinarmas Sekuritas memprediksi laba bersih BTN akan mencapai Rp 3,3 triliun yang didorong oleh pendapatan bunga bersih senilai Rp 10,26 triliun.

BACA JUGA: BTN Optimistis Target Kinerja Tahun ini Bisa Tercapai

Sedangkan untuk total kredit pada 2018 akan mencapai Rp 236,5 triliun, Dana Pihak Ketiga (DPK) Rp 234,24 triliun, NIM 3,6 persen dan NPL gros 2,6 persen.

“Kami rekomendasikan beli (buy) untuk saham BTN hingga akhir 2019 dengan target harga (TP)Rp3.475 yang didukung ekspansi kredit yang kuat dan valuasi yang rendah,” ujarnya.

BACA JUGA: BTN Beri Bantu Korban Banjir Bandang di Banyuwangi

Evan menambahkan, di level sekarang harga saham-saham bank BUMN sudah menarik. Penurunan harga saham perbankan saat ini dipicu adanya tekanan dari kenaikan suku bunga, nilai tukar terhadap dolar AS yang cenderung melemah, dan kepastian dari perang dagang dimana bank sebagai sektor dengan kapitalisasi terbesar ikut terkena dampaknya.

Sementara, Financial Expert dari Universitas Prasetya Mulya, Lukas Setia Atmaja menjelaskan untuk jangka panjang saham perbankan selalu prospektif, termasuk BTN.

Penurunan saham perbankan setidaknya ada tiga hal yang menjadi dasarnya yakni karena tahun lalu harga saham bank BUMN sudah naik tinggi seperti BTN. Kemudian adanya kondisi ekonomi seperti perang dagang antara Amerika Serikat dan China yang bisa menimbulkan resesi.

“Dan yang tidak kalah pentingnya adalah kenaikan suku bunga,” ungkapnya.

Secara fundamental saham perbankan masih bagus seperti terlihat pada laporan keuangan kuartal I-2018 dan secara valuasi masih sangat menarik untuk dikoleksi jangka panjang.

Namun karena pelemahan rupiah, investor asing banyak keluar dan menjual saham-saham blue chip yang sebagian besar adalah saham bank BUMN.

“Investor yang punya dana berlebih bisa masuk secara bertahap,” tegasnya.

Sebelumnya, Direktur Utama BTN Maryono mengatakan, penurunan harga saham perseroan lebih disebabkan adanya faktor global, di mana ada tiga peristiwa yang terjadi di dunia, yaitu perubahan valuta masing-masing negara, perubahan berpindahnya dana yang dari tujuan ke asal, dan adanya perubahan suku bunga.

“Semua ini dalam normalisasi dan ini tidak bisa dihindari di semua negara,” tuturnya.

Menurut Maryono, meski dibayangi kondisi global yang bergejolak dan adanya kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI), namun perseroan tetap optimistis target kinerja tahun ini bisa tercapai.

Optimisme ini didukung oleh masih besarnya permintaan untuk program sejuta rumah diberbagai daerah.

Untuk itu investor, kata Maryono, tidak perlu khawatir dengan kinerja BTN tahun ini.

"Kami optimistis target akan tercapai sampai dengan akhir 2018," tegas Maryono.(chi/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Antisipasi Iklim Politik, BEI Turunkan Target Jumlah Emiten


Redaktur & Reporter : Yessy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler