jpnn.com - jpnn.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyoroti ketimpangan kemakmuran yang ditunjukkan dengan rasio Gini yang masih tinggi.
’’Gini ratio kita 0,4 dan agak menurun ke 0,39. Artinya, ada indikator sebagian besar ekonomi dinikmati sebagian kecil di antara masyarakat,’’ katanya di Jakarta, Selasa (10/1).
BACA JUGA: Sektor Swasta Diyakini Tingkatkan Belanja Modal
Dia juga menyoroti pertumbuhan ekonomi yang tidak berdampak pada upaya meraih kemakmuran.
Dulu, lanjutnya, setiap satu persen angka pertumbuhan ekonomi mampu berdampak besar pada penurunan tingkat kemiskinan nasional.
BACA JUGA: Novanto Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Di Atas 5 Persen
Namun, belakangan, pertumbuhan belum berdampak pada pengurangan tingkat kemiskinan.
’’Tingkat kemiskinan Indonesia menurun secara konstan selama sepuluh tahun ini. Tetapi, akselerasinya makin lama makin landai. Ini menggambarkan kemampuan kita dalam mendesain ekonomi untuk menurunkan kemiskinan harus meningkat. Setiap 1 persen pertumbuhan harus lebih bisa mengurangi kemiskinan,’’ tuturnya.
BACA JUGA: Ini Prediksi Fadli Zon soal Tantangan 2017 bagi Jokowi
Saat ini, tingkat kemiskinan mencapai 10,2 persen. Dia meminta seluruh pihak tidak pernah puas dengan pertumbuhan ekonomi yang baik atau tinggi.
Sebab, pertumbuhan ekonomi sejatinya juga harus dirasakan masyarakat kecil dalam bentuk penurunan tingkat kemiskinan.
’’Suatu ekonomi yang didesain dengan pertumbuhan yang tidak inklusif. Bisa saja pertumbuhan ekonomi tinggi, tapi kemiskinan stagnan dan kesenjangan makin timpang. Kita tak bisa berpuas diri pada pertumbuhan ekonomi yang baik,’’ ujarnya.
Sri meyakini, proyeksi pertumbuhan ekonomi sebesar 5,1 persen di APBN adalah yang paling realistis.
Meski beberapa pihak memiliki prediksi lebih agresif, pemerintah tetap memegang proyeksi konservatif yang telah menjadi konsensus bersama parlemen tersebut.
Mantan direktur pelaksana Bank Dunia itu menjelaskan, proyeksi pertumbuhan tersebut dipilih karena masih memerlukan kehati-hatian dalam menyikapi kondisi ekonomi global.
’’Setelah 2014, 2015, 2016 masih early recovery sehingga kita hati-hati mendesain pertumbuhan 2017,’’ jelasnya.
Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 5,0–5,4 persen.
Sedangkan Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional memperkirakan pertumbuhan ekonomi di angka 5,3 persen. (dee/c14/sof)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Hadapi AS, Indonesia tak Leluasa Jual Surat Utang
Redaktur & Reporter : Ragil