Pertumbuhan Kredit 2018 Diprediksi Tembus 12 Persen

Sabtu, 23 Desember 2017 – 02:04 WIB
Uang Rupiah. Foto: JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memprediksi pertumbuhan kredit pada 2018 dapat mencapai double digit di kisaran 10–12 persen secara year-on-year (yoy).

Proyeksi tersebut lebih tinggi jika dibandingkan perkiraan capaian tahun ini yang sebesar 7–9 persen.

BACA JUGA: Modal Minim, 6 Multifinance Kehilangan Izin Usaha

Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengungkapkan, pertumbuhan kredit hingga November belum begitu tinggi, yakni 7,47 persen.

Namun, beberapa indikator perbankan menunjukkan likuiditas yang cukup baik. Rasio kecukupan modal (CAR) perbankan pada November 2017 mencapai 23,54 persen atau jauh di atas ambang minimal delapan persen.

BACA JUGA: Pemegang Polis AJB Bumiputera Disarankan Temui OJK

Sementara itu, excess reserve perbankan per 13 Desember 2017 sebesar Rp 644,95 triliun.

”Likuiditas perbankan kita sangat mencukupi. Jadi, semestinya kesiapan bank untuk menyalurkan kredit tahun depan cukup besar,’’ jelasnya, Kamis (21/12).

BACA JUGA: 2 BPR Bermasalah Masuk Radar OJK

Menjelang akhir tahun ini, deviasi pertumbuhan kredit perbankan dibandingkan dengan target rencana bisnis bank (RBB) 2017 sebesar 11,86 persen (yoy).

Deviasi tersebut disebabkan konsolidasi perbankan sehubungan dengan risiko kredit.

’’Perbankan juga melakukan hapus buku (write off) terhadap kredit bermasalah, terutama untuk segmen kredit berbasis komoditas beserta turunannya,” lanjut Wimboh.

Sementara itu, tingkat kredit bermasalah masih berada dalam level yang terjaga, yakni 2,89 persen.

Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo menyebutkan, pihaknya memperkirakan pertumbuhan kredit yang sama dengan OJK pada tahun depan.

Yaitu, kisaran 10–12 persen. Untuk tahun ini, proyeksi pertumbuhan kredit dari BI sebesar delapan persen. 

’’Dari sisi likuiditas, bank sangat aman. Namun, bagaimana menyalurkan kreditnya itu yang perlu ditingkatkan,’’ ucapnya.

Menurut dia, intermediasi perbankan memerlukan perluasan dengan memasukkan serapan obligasi korporasi oleh bank.

Dari situ akan terlihat peran perbankan yang lebih luas dalam mendukung perekonomian. 

Dari sisi suku bunga, transmisi penurunannya sudah cukup baik.

Bunga deposito maupun bunga pinjaman menunjukkan tren yang sama-sama menurun.

Per November 2017, suku bunga deposito satu bulan rata-rata sebesar 5,72 persen, turun 64 basis poin (bps) secara tahunan.

Sedangkan suku bunga kredit turun 72 bps. Namun, suku bunga kredit masih tergolong mahal, yakni rata-rata 11,45 persen. (rin/c17/sof)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Konsumsi Masyarakat Bergeser, Perbankan Garap Leisure


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler