jpnn.com, JAKARTA - Direktur Bisnis Perum Bulog Febby Novita mengatakan sesuai Perpres Nomor 48 Tahun 2016 pihaknya mendapat tugas mengelola cadangan pangan pemerintah, termasuk ketersediaan jagung.
Namun, sejauh ini baru ketersediaan beras dikelola. Sehingga, ke depan Perum Bulog akan memaksimalkan pasokan jagung.
BACA JUGA: Atasi Kelangkaan Minyak Goreng, Pemerintah Perlu Libatkan Bulog
"Memang kalau di lihat pajale (padi, jagung, lele) itu harusnya mulai dari impornya, penyimpanan, dan pengolaan cadangan harusnya ada di Bulog,” ujar dia dalam webinar Forum Wartawan Pertanian (Forwatan), Jumat (25/2).
Dia berharap dengan kehadiran Badan Pangan Nasional (BPN) hal-hal berkaitan dengan penugasan pangan krusial kembali dipegang Bulog.
BACA JUGA: Bulog Serap 1,2 Juta Ton Beras Petani, Tak Perlu Impor, Stok Aman
Febby menegaskan jika melihat fasilitas yang dimiliki, pihaknya telah menyiapkan berbagai infrastruktur, termasuk 1.600 gudang miliki Bulog yang berada di seluruh Indonesia.
Bahkan kini Bulog telah memulai proses pembangunan unit Corn Drying Center (CDC) dan Silo di beberapa lokasi sentra produksi jagung sebagai tempat penyimpanan.
BACA JUGA: Johan Dorong Bulog Tingkatkan Kemampuan Menyerap Gabah Petani
Ada enam lokasi yakni, Gorontalo, Grobogan, Wonogiri, Tuban, Dompu (NTB), dan Lampung. Untuk di Gorontalo dan Grobogan total kapasitasnya 9 ribu ton, sedangkan di Wonogiri, Dompu, dan Lampung sebanyak 6 ribu ton. Paling besar di Tuban sebanyak 30 ribu ton dengan 10 unit silo.
"Ini sebenarnya persiapan kami untuk nanti kalau Bulog ditugaskan menyimpang cadangan jagung. Jadi kita sudah punya infrastrukturnya," ujarnya.
Untuk CDC yang berada di Dompu dan Bolaang Mangondow (Gorontalo) saat ini sudah hampir 50 persen selesai.
Di lokasi tersebut masing-masing mempunyai tiga silo dengan kapasitas per unit 3.000 per ton. Dengan demikian total kapasitas silonya sebanyak 18 ribu ton. Sedangkan kapasitas dryernya 90 ton/unit/hari. (cuy/jpnn)
Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Elfany Kurniawan