jpnn.com, JAKARTA - Catatan positif ditorehkan Perum Jasa Tirta II (PJT II) sepanjang 2016. Selain kinerja keuangan dengan pendapatan yang meningkat, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bidang pengelolaan itu mengangkat produksi pangan petani serta menopang pasokan listrik bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
"Capaian 2016 sangat baik karena PJT II dapat predikat AAA. Kami melakukan pengelolaan air di mana 90 persen bersifat sosial dan baru sisanya sepuluh persen yang kami kelola untuk usaha," ujar Direktur Utama Perum Jasa Tirta II, Djoko Saputro, usai Rapat Pembahasan Bersama Perum Jasa Tirta II di kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu (10/5).
BACA JUGA: Ini Harapan Menko Luhut dari Konferensi IAPH di Bali
Dalam kesempatan ini, hadir pula Direktur I Perum Jasa Tirta II Sumiana Sukandar, Ketua Dewas Bedjo Sutanto, dan Direktur II Harry M Sungguh.
Djoko mengungkap, dalam menjalankan operasional perusahaan, 90 persen pengelolaan air itu sifatnya sosial yang akhirnya mampu mendukung ketahanan pangan. Yakni dengan menjadi penyedia air baku untuk irigasi pertanian di sebagian wilayah Jawa Barat. Air irigasi itu diberikan secara gratis kepada petani melalui saluran-saluran irigasi yang dikelola oleh PJT II.
"Sekitar lebih dari enam miliar meter kubik per tahun air kami alokasikan untuk 300.000 hektare lahan pertanian di sekitar wilayah kerja, dan dari sini menghasilkan gabah dalam dua musim panen sebesar 15 juta ton. Kalau dikonversi menjadi gabah kering, maka kontribusi PJT II bisa mencapai Rp 13 sampai Rp 14 triliun dari produksi gabah kering. Ini artinya Perum Jasa Tirta II berkontribusi nyata terhadap ketahanan pangan," ungkap Djoko.
BACA JUGA: 222 Komisaris BUMN Rangkap Jabatan, DPR: Masih Menyambi Saja...
Dalam penyediaan air baku, PJT II juga bekerja sama dengan perusahaan air minun PAM Jaya dan PDAM kabupaten/kota, serta industri. Pada 2016 air baku yang didistribusikan untuk sektor ini mencapai 944,12 juta meter kubik.
"Jadi, 80 persen kebutuhan air baku Jakarta dipasok oleh PJT II. Maka kami mencoba perbaiki sistem kinerja dan efektivitas," ujar Djoko.
Djoko menambahkan bahwa PJT II juga menjalankan unit usaha pembangkit energi listrik. Selain dipasok untuk PLN, energi listrik ini juga ada yang disuplai untuk pelaku industri kecil sehingga mereka mendapatkan harga produksi yang lebih murah. Sebab harga listrik yang dipasok ke industri 80 persen lebih murah dibanding harga listrik PLN.
"Ini potensi membangun wilayah industri dengan listrik lebih murah. Ini bisa semacam bentuk subsidi bagi industri," ucap Djoko.
Produksi listrik PJT II 2016 sebesar 1,2 miliar KWH ini merupakan yang tertinggi selama 50 tahun PJT II yakni mulai dari 1957. Selain karena faktor cuaca hujan yang sangat mendukung, PJT II juga melakukan operasi yang lebih baik. Misalnya dengan menjaga dan membenahi sparepart, etos kerja SDM yang semakin meningkat dan berkomitmen kuat, dan mesin-mesin juga dijaga agar tidak down. "Upaya-upaya seperti ini kami lakukan sehingga operasional bidang kelistrikan ini sangat baik," jelas Djoko.
PJT II juga mampu menunjukkan kinerja keuangan yang meningkat pesat. Laporan keuangan PJT II menunjukkan, pendapatan 2016 mencapai Rp750 miliar dengan laba sekitar Rp170 miliar. Capaian ini dibanding tahun sebelumnya naik tiga kali lipat. Dari jumlah pendapatan dan laba ini, sekitar 60 persen dihasilkan dari lini usaha pembangkit listrik.
Sedangkan sisanya sekitar 40 persen dari usaha lain seperti pengelolaan air bersih maupun pariwisata. Kenaikan pendapatan dan juga laba dicapai PJT II dengan melakukan pembenahan di berbagai sisi kegiatan dan juga membenahi sisi efisiensi dan efektifitas. Sebab pengelolaan air PJT II tetap 90 persen sosial dan 10 persen untuk usaha.
"Untuk target 2017, kami akan usahakan bisa meraih pendapatan diatas Rp1 triliun dan laba bisa mencapai Rp250 miliar. Kami mulai melakukan banyak perbaikan dan pengembangan usaha. Misalnya membangun MoU dengan PDAM dalam mengelola air bersih siap pakai, membangun sejumlah pembangkit listrik, dan termasuk juga mengembangkan pariwisata," kata Djoko.
Pada kesempatan sama, Direktur I Perum Jasa Tirta II Sumiana Sukandar, mengatakan bahwa kinerja PJT II mendapat keberkahan karena Indonesia khususnya di wilayah kerja PJT II di sebagian Jawa Barat mendapatkan curah hujan cukup intensif sehingga waduk yang dikelola bisa maksimal. Termasuk dalam memproduksi listrik.
"Sampai hari ini kondisi air sangat bagus. Bahkan bulan Mei yang teorinya masuk musim kering justru air di Jatulihur full melimpah. Sehingga produksi listrik kami bisa maksimum. Pengelolaan air inilah yang dimaksimalkan," ujarnya.
Dia menambahkan, Jasa Tirta II memiliki empat Wilayah Kerja, masing-masing Wilayah Kerja I meliputi Bekasi, Jakarta, dan sebagian kabupaten Bogor, Wilayah Kerja II meliputi Karawang dan Purwakarta, Wilayah Kerja III Subang dan sebagian Indramayu, serta Wilayah Kerja IV adalah Jatiluhur. (adk/jpnn)
BACA JUGA: BTN Sekuritisasi Aset Rp 1 Triliun
BACA ARTIKEL LAINNYA... Biaya Kereta Cepat Jakarta-Bandung Membengkak
Redaktur & Reporter : Adek