Perusahaan Brazil Siap Gelontorkan Rp 120 T untuk Nikel Indonesia

Selasa, 18 Oktober 2022 – 23:29 WIB
Salah satu aktivitas pertambangan di Maluku Utara yang melakukan ekspor biji nikel ke luar negeri. Foto: Antara/Abdul Fatah

jpnn.com, JAKARTA - Perusahaan tambang yang bermarkas di Brazil, Vale SA, berencana untuk menginvestasikan USD 8 miliar (sekitar Rp 123,8 triliun) untuk pengembangan industri nikel di Indonesia.

Rencana investasi tersebut merupakan hasil yang tercatat dari Forum Bisnis Indonesia-Amerika Latin dan Karibia (INA-LAC) yang diselenggarakan di Serpong, Banten, pada 17-18 Oktober 2022.

BACA JUGA: Komisi VII DPR Dukung Jokowi Lanjutkan Hilirisasi Nikel untuk Kemakmuran Rakyat

Direktur Jenderal Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri RI Umar Hadi menyambut baik rencana investasi tersebut, yang sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo untuk meningkatkan nilai tambah hasil produksi pertambangan serta upaya Indonesia untuk meningkatkan integrasi ekonomi dengan kawasan Amerika Latin dan Karibia, khususnya di sektor ekonomi hijau.

“(Kerja sama) yang konkret itu perusahaan Vale dari Brazil mau masuk ke (industri) hilirisasi nikel yang ujungnya ke produksi baterai. Ini pasti membantu program transisi energi melalui elektrifikasi kendaraan bermotor,” kata Umar dalam pengarahan media yang diikuti secara daring pada Selasa.

BACA JUGA: Siasat Jokowi Kampiun, Hilirisasi Nikel Bakal Raup Rp 440 Triliun

Dia menjelaskan bahwa Indonesia yang memiliki cadangan nikel yang besar, sangat berpotensi untuk menjalin kerja sama di sektor ini mengingat sejumlah negara di Amerika Latin memiliki cadangan litium.

“Nikel kan perlu litium, jadi ada komplementaritas di situ,” ujar Umar.

BACA JUGA: Indonesia Setop Ekspor Listrik EBT, Kemarin Nikel, Selanjutnya Komoditas Ini

Selain itu, dia menyebut Indonesia juga sedang menjajaki kerja sama dengan salah satu negara Amerika Latin yang memiliki teknologi hidrogen yang cukup maju.

Umar menjelaskan bahwa pada dasarnya, Indonesia dan negara-negara di kawasan Amerika Latin dan Karibia adalah negara berkembang yang sangat membutuhkan pertumbuhan ekonomi tetapi tetap berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon.

“Ada beberapa negara (Amerika Latin) yang masih net exporter carbon-based energy seperti minyak, sementara komitmen untuk mengurangi emisi karbon juga sama-sama kita pegang. Mengingat cara pandang yang tidak jauh berbeda, sebenarnya lebih gampang untuk mencari bentuk-bentuk kolaborasi dengan negara-negara tersebut,” tutur Umar.

Sebelumnya, PT Vale Indonesia yang merupakan bagian dari Vale SA, mengumumkan rencananya untuk mengembangkan pabrik feronikel di Bahodopi, Sulawesi Tengah, dengan nilai investasi sebesar 2,5 miliar dolar AS (sekitar Rp 38,7 triliun) yang akan dimulai pada 2022 dan diharapkan rampung pada 2025.

Perseroan tersebut juga berencana mengembangkan smelter di Pomalaa, Sulawesi Tenggara, dengan nilai investasi 4,5 miliar dolar AS (sekitar Rp 69.7 triliun) yang dimulai pada 2022 dan rampung pada 2025, serta proyek limonit di Sorowako, Sulawesi Selatan, dengan nilai investasi 1,8 miliar dolar AS (sekitar Rp 27,9 triliun) yang dimulai pada 2023 dan rampung pada 2026. (ant/dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler