Pesan Indra Yudhistira Saat Pembukaan Masa Kuliah ATVI 2021-2022

Sabtu, 04 September 2021 – 20:54 WIB
Wakil Direktur PT Indonesia Entertainment Group (IEG) Indra Yudhistira ketika memberikan pandangannya tentang perubahan media dalam acara 'Pembukaan Masa Kuliah Akademi Televisi Indonesia (ATVI) Tahun Akademik 2021-2022' yang dilaksanakan melalu zoom, Sabtu (4/9). Foto: Tangkapan layar

jpnn.com, JAKARTA - Terjadi perubahan cara masyarakat mengomsumsi program televisi atau konten media. Ini dipengaruhi perkembangan pesat internet, akibatnya masyarakat dapat menikmati hiburan dan berita tidak hanya melalui televisi tetapi juga lewat telepon genggam yang berisi beragam aplikasi hiburan.

“Internet menyebabkan pengguna telepon genggam memegang kontrol atas semua konten yang akan mereka lihat, juga waktunya, kapan saja,” ujar Wakil Direktur PT Indonesia Entertainment Group (IEG) Indra Yudhistira ketika memberikan pandangannya tentang perubahan media dalam acara “Pembukaan Masa Kuliah Akademi Televisi Indonesia (ATVI) Tahun Akademik 2021-2022” yang dilaksanakan melalu zoom, Sabtu (4/9).

BACA JUGA: Dirjen Vokasi Kemendikbud: Selamat, ATVI Melahirkan Calon Pemimpin Hebat

Pemaparan Indra yang disampaikan dalam bentuk dialog dengan mahasiswi ATVI Nadya, Indra mengatakan dari data, penetrasi orang nonton TV memang masih cukup tinggi, tetapi di samping itu, makin banyak yang nonton hiburan maupun program lain, tidak melalui TV.

“Dalam situasi seperti itu, dibutuhkan peningkatan keahlian dan perubahan pola pikir. Jangan hanya berpikir untuk platform saja (TV dan lain-lain) tetapi kontennya. Jadi, penting sekali untuk mulai berpikir, buat konten jangan pikirkan platformnya dulu,” ujar Indra yang kini menjabat Wakil Direktur PT Indonesia Entertainment Group (IEG).

BACA JUGA: ITS Adakan Perkuliahan Secara Hybrid Mulai Akhir September

Menjawab pertanyaan tentang pentingnya institusi pendidikan, Indra mengatakan pendidikan formal seperti ATVI sangat perlu.

Sebab, kampus akan memberikan bekal dan pengatahuan yang mumpuni. Dengan sekolah kita belajar teknik membuat konten yang baik sehingga hasilnya bermanfaat bagi masyarakat banyak.

“Namun, orientasi pada media baru yang konten kreatornya bisa disebar atau ditayangkan di banyak platform itu yang harus diperhatikan. Jadilah, konten kreator. Oleh karena itu, kesempatan untuk memproduksi kebebasan bagi mahasiswa,” kata Indra yang pernah dipercaya merancang acara besar melibatkan enam artis dan selebritas enam negara dan ditayangkan di enam negara secara bersamaan.

Menuju D-4 Sarjana Terapan

Ketua Yayasan Indosiar Maria Suryani mengatakan saat ini teknologi komunikasi yang berkembang pesat, memicu perubahan yang amat cepat pula, bahkan tidak terduga dan penuh ketidakpastian. Pandemi covid-19 turut mewarnai percepatan ragam perubahan ini.

“Bagi ATVI, situasi ini merupakan tantangan-tantangan yang suka atau tidak suka, siap atau belum siap, harus diatasi, diantisipasi dan dijawab. Cara yang terbaik menghadapi perubahan adalah melakukan penyesuaian atau adaptasi. Artinya kita pun harus berubah, jika tidak ingin dilindas oleh perubahan,” ujar Maria Suryani.

Dalam realitas ini, lanjut Maria Suryani, ATVI tengah mempersiapkan diri dengan pelbagai upaya, antara lain memproses perubahan program studi dari Diploma 3 (saat ini), menjadi program studi Diploma 4 (Sarjana Terapan) dalam bidang Produksi konten Media digital.

Selain itu, ATVI tengah mengolah kurikulum baru dengan fokus pada keterampilan digital (digital skills). Juga tengah mempersiapkan infrastruktur pendidikan yang lebih memadai dalam bentuk gedung baru dan kemudahan pendidikan yang lain.

Direktur ATVI Eduard Depari MA mengajak para mahasiswa baru diharapkan mempersiapkan diri dengan mengubah pola pikir (mindset) dari sekadar penerima pengetahuan, menjadi pembelajar dan sekaligus pengolah pengetahuan sehingga memahami apa yang dipelajari dan dapat memanfaatkannya dalam hidup di kemudian hari.

Menurut Eduard, kita hidup di tengah-tengah pesatnya perkembangan teknologi yang cenderung mengubah hampir semua aspek kehidupan sosial kita. Teknologi digital mendisrupsi pola komunikasi massa (media cetak hampir sirna perannya, pola belanja daring menyusutkan peran pasar dan sebagainya), mendisrupsi jasa kerja konvensional (teller di Bank, mekanisasi pertanian, dan sebagainya).

Daftar disrupsi ini akan terus bertambah dan pertanyaann lanjutannya adalah “Bagaimana pendidikan mengatasi masalah tersebut? Atau bagaimana seharusnya pendidikan bersikap, sehingga disrupsi tidak berdampak negatif pada output (keluaran) pendidikan?”

Direktur Pendidikan Tinggi Vokasi dan Profesi, Direktorat Jendral Vokasi, DR. Beny Bandanadjaya, yang ikut memberikan sambutan mengatakan, ATVI di bawah bendera Elang Mahkota Teknologi, sudah dikenal reputasinya sehingga sistem pendidikannya sudah tidak diragukan lagi yakni link and match.

Mahasiswa ATVI punya akses pada peralatan, prosuksi dan studio yang lengkap dan mahasiswa dapat mengakses SCTV, Indosiar, Ochannel, dan Video.com.

“Di situ mahasiswa akan merasakan bagaimana sebetulnya proses kerja yang riil jika sudah lulus,” katanya.

Dengan adanya pendidikan vokasi seperti ATVI ini katanya, kita turut bangga bahw Indonesia memiliki SDM unggul dan keahlian tinggi dalam bidang pertelevisian. Ini akan mendukung pembangunan Indonesia. “Kita mendukung agar ATVI terus maju dan berkembang,” tambah Benny.

Kepala LLDIKTI Wilayah III Prof. Dr. Agus Setyo Budi, M.Sc mengatakan meski dalam masa pandemi dan pembelajaran masih daring tapi kita harus semangat dan optimistis.

“Menjadi mahasiswa artinya memasuki fase kehidupan baru di mana kita akan membentuk jati diri menjadi manusia seutuhnya,” katanya.

Mengutip ajaran tokoh pendidikan Ki Hajar Dewantara, Agus Setyo Budi mengatakan paradigma pendidikan yang kembali pada kemerdekaan belajar dan kemandirian untuk mencari nilai dan tujuan hidup sebagai manusia sutuhnya, yang bermanfaat bagi keluarga, masyarakat danbangsa filosofi itu mendasari transformasi kebijakan “Merdeka Belajar - Kampus Merdeka” yang memerdekakan pendidikan untuk meningkatkan budaya pembelajaran dan inovasi yang  dapat memantik buah pemikiran generasi penerus bangsa.(fri/jpnn)


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler