Pesan Spesialis Jantung Agar tak Kolaps Seperti Dialami Markis Kido dan Eriksen

Kamis, 17 Juni 2021 – 15:11 WIB
Ilustrasi olahraga Bulutangkis. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Dokter spesialis jantung dan pembuluh dari Universitas Padjadjaran Vito A. Damay berpesan kepada masyarakat, agar tidak kolaps seperti yang dialami pebulu tangkis Markis Kido dan Eriksen saat melakukan aktifitas olahraga.

Legenda bulu tangkis nasional Markis Kido diketahui mengalami serangan jantung saat bermain bulu tangkis pada Senin (14/6) kemarin.

BACA JUGA: Markis Kido dan Eriksen Mengalami Serangan Jantung Padahal Olahragawan, Begini Penjelasannya

Sebelumnya, pesepak bola Denmark Christian Eriksen (29) juga kolaps saat melakoni laga di Piala Eropa 2020.

Vito berpesan untuk bijak dalam menentukan intensitas latihan olahraga.

BACA JUGA: Penting Diketahui! Cara Antisipasi Serangan yang Dialami Markis Kido dan Eriksen

Menurutnya, orang dengan riwayat hipertensi seperti almarhum Markis Kido bisa aman melakukan olahraga bulu tangkis.

Asalkan, kondisinya terkontrol atau stabil normal dengan obat.

BACA JUGA: Tips Bersepeda Aman, Agar Terhindar dari Serangan Jantung

"Untuk hipertensi yang terkontrol sebenarnya tidak apa apa, artinya terkontrol itu stabil normal dengan obat," ujarnya melalui pesan elektronik, dikutip Kamis (17/6).

Hanya saja, terkadang penyandang hipertensi tak sadar penyakitnya sudah menyebabkan komplikasi seperti penebalan jantung atau pembengkakan jantung.

Untuk itu, Vito yang tergabung dalam Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) mengingatkan pentingnya pemeriksaan di organ target komplikasi hipertensi.

Seperti Elektrokardiogram (EKG), foto x-ray atau echo, laboratorium fungsi ginjal, kolesterol serta gula darah dan pemeriksaan saraf mata.

Selain itu, masyarakat umum dinilai perlu menjaga detak jantung maksimal, agar tahu olahraga yang dilakukan memenuhi tujuan atau tidak, terutama untuk meningkatkan kesehatan jantung.

Cara menghitungnya yakni 220 dikurangi usia, lalu dikali 60-70 persen, untuk mendapatkan kisaran target detak jantung intensitas sedang.

Menurut Vito, olahraga yang baik untuk kesehatan jantung adalah 60-70 persen dari detak jantung maksimal menurut usia. Amannya paling tinggi 85 persen.

"Lain halnya kalau seorang atlet atau ingin mencapai prestasi tertentu, karena itu perlu latihan bertahap dan di bawah pengawasan profesional," katanya.

Lebih lanjut, mengenai olahraga ekstrem yang berat dan jangka panjang berpotensi menyebabkan kerusakan otot jantung masih dalam penelitian.

Sejauh ini, studi menemukan kerusakan otot jantung dari MRI jantung terjadi pada sebagian kecil orang yang melakukan olahraga ekstrem berat jangka panjang.

Walau begitu, sebagian besar orang tidak melakukan olahraga seperti ini, dan batasan olahraga ekstrem berat jangka panjang itu sangat sulit dicapai kebanyakan orang.(Antara/jpnn)

Simak! Video Pilihan Redaksi:


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler