jpnn.com, JAKARTA - Generasi Alpha tumbuh di tengah perkembangan teknologi yang pesat. Sejak dini, mereka akrab dengan perangkat seperti smartphone dan komputer, yang sering digunakan untuk bermain gim atau menjelajahi media sosial.
Kemudahan akses ini tak hanya memberikan manfaat, tetapi juga ancaman, terutama terhadap mental dan pola pikir anak. Banyak orang tua khawatir, anak-anak mereka terjebak dalam arus digital yang dapat menjauhkan dari nilai agama dan fokus belajar.
BACA JUGA: Majelis Masyayikh Pengin Memastikan Pesantren Tak Hanya Bertahan, tetapi Berkontribusi
Menjawab kebutuhan tersebut, Habib Alwi bin Abdurrahman Alhabsyi mendirikan Pondok Pesantren Nurul Muhtadin Ba’alawy di tengah hiruk-pikuk Jakarta. Pondok pesantren ini menjadi tempat bagi anak-anak mulai usia 12 tahun untuk dididik dalam lingkungan bebas dari pengaruh teknologi.
Selain belajar nilai-nilai agama seperti salat berjamaah, ilmu hadits, dan tafsir Al-Qur’an, mereka juga diajarkan disiplin, kemandirian, dan tanggung jawab. Keterampilan berbicara di depan umum juga diberikan, mempersiapkan mereka menjadi ulama atau da’i di masa depan.
BACA JUGA: Ketum Ajak Alumni Pesantren Persis Gaungkan Kolaborasi dan Silaturahmi
Tak hanya fokus pada agama, pesantren ini juga memberikan pendidikan formal seperti matematika, IPA, dan bahasa Inggris, sesuai kurikulum Kementerian Agama.
Dengan adanya ijazah Muadalah yang diakui setara dengan ijazah formal pemerintah, santri memiliki peluang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi baik di dalam maupun luar negeri.
BACA JUGA: Majelis Masyayikh Berkomitmen Memperkuat Peran Pesantren
Pada tahun ke-6 berdirinya, pesantren ini telah mendapatkan piagam statistik resmi dari Kementerian Agama, yang semakin memperkuat posisinya sebagai lembaga pendidikan terpercaya.
Santri Pondok Pesantren Nurul Muhtadin Ba’alawy berasal dari berbagai daerah, seperti Jakarta, Riau, Sulawesi, dan bahkan dari luar negeri seperti New Zealand. Keberagaman ini menjadi tantangan sekaligus kekuatan.
“Melalui pendidikan Islam yang menekankan kebersamaan dan akhlak mulia, kami berharap mereka dapat menjadi penerus perjuangan Rasulullah SAW di komunitas masing-masing,” ujar Habib Alwi.
Meskipun memiliki kapasitas terbatas, pesantren ini terus berkembang. Saat ini, asrama dapat menampung hingga 150 santri putra, tetapi setiap tahun hanya menerima 50 santri baru lulusan SD/MI sederajat.
Untuk mengakomodasi lebih banyak santri, Habib Alwi dan tim berencana memperluas lahan dan membangun fasilitas tambahan seperti laboratorium komputer dan klinik kesehatan yang juga bermanfaat bagi masyarakat sekitar.
Fasilitas pesantren dirancang modern dan nyaman. Santri tinggal di asrama ber-AC, mendapatkan makan tiga kali sehari, serta menikmati layanan laundry dan kantin. Orang tua juga dapat berinteraksi melalui Majelis Ta’lim Umum mingguan yang dipimpin oleh Habib Alwi.
Dengan pendekatan holistik ini, Pondok Pesantren Nurul Muhtadin Ba’alawy berkomitmen mencetak generasi muda yang tangguh secara spiritual, akademik, dan sosial. Informasi lengkap bisa lihat melalui www.nurulmuhtadinbaalawy.org. (esy/jpnn)
Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Mesyia Muhammad