Pesawat TNI AU Jatuh dan Menimbulkan Korban, Imparsial Singgung Tanggung Jawab Menhan

Jumat, 17 November 2023 – 15:25 WIB
Tangkaan layar - Pesawat tempur super tucano milik TNI AU yang jatuh sekitar pukul 11.18 WIB di kawasan Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, Kamis (16/11/2023). ANTARA/Handout video amatir/ch

jpnn.com, JAKARTA - Wakil Direktur Imparsial Ardi Manto Adiputra belasungkawa sedalam-dalamnya kepada TNI, utamanya keluarga pilot tempur yang menjadi korban meninggal dalam peristiwa jatuhnya pesawat TNI AU EMB-314 Super Tucano di Kecamatan Puspo, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, Kamis (16/7).

"Kami berharap peristiwa serupa tidak terjadi lagi di masa mendatang," kata Ardi dikutip dari keterangan tertulisnya, Jumat (17/11).

BACA JUGA: 4 Korban Pesawat TNI AU Jatuh Naik Pangkat Setingkat

Imparsial mencatat sejak 2015 hingga kini setidaknya telah terjadi 19 kali kecelakaan alutsista di Indonesia.

Menurut Ardi, jatuhnya pesawat Super Tucano milik TNI AU merupakan petaka yang terus-menerus terjadi di lingkungan militer Indonesia. Sebab, pesawat serupa juga pernah jatuh di Malang pada 2016.

BACA JUGA: Ini 4 Personel di 2 Pesawat TNI AU Super Tucano yang Jatuh, Ada Komandan Skadron 21

"Pesawat Embraer Super Tucano padahal termasuk dalam golongan alutsista baru yang melengkapi jajaran TNI AU pada tahun 2012," ucapnya.

Jatuhnya 2 pesawat Super Tucano di Bromo menggenapi jumlah Super Tucano TNI AU yang jatuh menjadi 3 pesawat.

BACA JUGA: Ini Langkah Polisi Setelah Memeriksa Ketua KPK Firli Bahuri

"Hal ini merupakan kondisi yang memprihatinkan mengingat selama ini TNI AU hanya memiliki 16 pesawat sejenis sehingga saat ini cuma tersisa 14 pesawat Super Tucano dalam inventori TNI AU," tuturnya.

Di tengah kondisi yang memprihatinkan tersebut, kata Ardi, sudah seharusnya pemerintah melakukan investigasi secara serius.

Pemerintah juga diminta menjelaskan kepada publik secara terbuka penyebab jatuhnya 3 pesawat Super Tucano yang relatif baru secara beruntun dan dalam waktu yang relatif berdekatan.

"Kejadiannya ini sebenarnya makin menguatkan adanya masalah dalam upaya modernisasi alutsista di Indonesia," tutur Ardi.

Kemudian, ditambah lagi dengan kenyataan bahwa Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto yang alih-alih fokus pada urusan pertahanan seperti modernisasi alutsista.

"Menteri Pertahanan justru sibuk pada urusan non-militer, seperti program food estate dan lainnya yang bukan domainnya dan bahkan di banyak daerah terbukti gagal," ucapnya.

Oleh karena itu, Imparsial menyampaikan tiga poin penting, pertama, pemerintah dan Mabes TNI segera melakukan investigasi secara terbuka dan menyeluruh untuk menemukan penyebab utama jatuhnya pesawat Super Tucano.

Kedua, sudah seharusnya dalam peristiwa ini menteri pertahanan tidak boleh lepas tangan dan bertanggung jawab apabila benar ditemukan masalah pada pengambilan kebijakannya.

"Ketiga, DPR segera memanggil menteri pertahanan untuk dimintai pertanggungjawaban atas karut marutnya pengelolaan sektor pertahanan.(Fat/JPNN.com)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler