jpnn.com - JAKARTA - Politikus Partai Amanat Nasional (PAN), Hafisz Tohir mendukung jika pemerintah berniat menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Namun ia pesimis kebijakan tersebut dapat membalikkan dampak negatif yang telah disebabkan kenaikan harga BBM.
Hafisz mengatakan, harga BBM bersubsidi sudah sepantasnya turun menyesuaikan dengan harga minyak. "Suka atau tidak suka BBM harus turun. Kalau tidak turun berarti ini negara gagal kelola. Harga crude oil sekarang sudah $ 59 dan BBM RON 92 dijual cuma Rp 7.900 per liter di Los Angeles (Amerika Serikat) per hari ini," kata Hafisz dalam keterangan persnya yang diterima JPNN.com, Sabtu (27/12).
BACA JUGA: Pemerintah Manjakan KPK dengan Kenaikan Gaji
Tapi, tambah Hafisz, kebijakan tersebut sebenarnya tidak dapat berbuat banyak untuk meringankan beban hidup rakyat. Pasalnya, saat ini inflasi akibat kenaikan harga BBM sudah terlanjur terjadi.
"Dan akan sulit (harga) kembali normal lagi. Kalau pun BBM turun paling cuma membantu sedikit saja daya beli masyarakat," jelasnya.
BACA JUGA: Subsidi Tetap Disetujui, BPH Migas tak Diperlukan
Karena itu, lanjutnya, tidak cukup pemerintah hanya menurunkan harga BBM bersubsidi saja. Langkah kongkrit untuk menanggulangi inflasi juga harus diambil secara bersamaan.
Salah satunya langkah yang dinilai Ketua Komisi VI DPR ini perlu diambil, adalah merumuskan asumsi makro sebagai dasar penetapan harga dan insentif kepada rakyat. Ia juga menyarankan pemerintah untuk membuat mekanisme kontrol harga.
BACA JUGA: Aneh, Kemenag Ikut Persoalkan Kolom Agama di KTP
Tidak kalah penting, tambahnya lagi, pemerintah juga perlu mencari alternatif untuk menambah pendapatan negara. Sehingga, defisit anggaran tidak lagi ditutup dengan cara mengurangi subsidi untuk rakyat.
"Cari alternatif lain sesuai Pasal 20A UU No 12 Tahun 2014 tentang APBN-P Tahun 2014 yang tidak memindahkan beban fiskal pemerintah jadi beban rakyat," pungkasnya. (dil/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... JK Ingatkan Jasa Relawan Lokal
Redaktur : Tim Redaksi