BACA JUGA: Gratis Kios PKL di PD Pasar Jaya
Cikaret kemudian ditetapkan menjadi kelurahan pada 1996 dan bergabung dengan Kecamatan Bogor Selatan, Kota BogorBACA JUGA: Mahasiswa Asahan Positif Flu Babi
Penduduknya mayoritas pengrajin alas kaki (sepatu dan sandal), tas, wayang golek dan makanan ringanBACA JUGA: Abdillah Bisa Pindah ke LP Medan
Namun, masyarakatnya cukup familiar dan masih mengedepankan budaya gotong royongMereka tak terpengaruh budaya modern yang individualistikSilaturahmi dan kebersamaan masih melekat dalam kehidupan masyarakat CikaretDua nilai sosial itu menjadi tradisi dan terus terjalin lewat gotong royong hingga ke pos rondaKebersamaan dan kekompakan yang mereka ciptakan saat menjalankan tugas sebagai petugas sistem keamanan lingkungan (siskamling), akhirnya diwujudkan dalam acara ngaliwet (masak dan makan bersama) di jalan.
Kebiasaan itu kemudian disepakati bahwa ngaliwet merupakan wujud kebersamaan dan perasaan syukur terhadap nikmat yang mereka terima dari TuhanMasyarakat merasakan kebersamaan yang sangat dalam saat rondaMereka menanggalkan status sosial, suku, agama serta latar belakang pendidikanMereka lebih mengedepankan kebersamaan dan kekompakan seperti keluarga sendiri
Ngaliwet selanjutnya dijadikan sebagai pesta tahunan bagi masyarakat Cikaret sejak tiga tahun laluPesta rakyat ini pun telah menjadi agenda tahunan setiap menyambut hari jadi Kelurahan CikaretIni dimaksudkan agar kebersamaan yang awalnya terjalin di pos ronda tetap mewarnai kehidupan bermasyarakat di Cikaret.
“Pesta ngaliwet merupakan cermin kehidupan di siskamlingKita makan bersama dengan menggunakan daun pisangKostum yang dipakai pun sama, yakni menggunakan ikat kepala, topi, dan sarung,” ujar Lurah Cikaret SafruddinMenjelang pesta ngaliwet pada Sabtu (18/7), sore harinya sekitar pukul 16:00, cuaca cukup bersahabat meski Cikaret yang terletak di bawah kaki Gunung Salak tertutup awanPuluhan panitia bersama ratusan warga mulai turun ke jalan menyiapkan pelaksanaan pesta
Sebagian dari mereka membersihkan jalan yang dijadikan tempat makan bersamaSatu unit mobil pemadam kebakaran pun dikerahkan untuk menyemprot debu jalananDi tempat terpisah, warga memadati Lapangan Cepot untuk memasang obor dari bambuObor itu dipasang di setiap sudut lapanganMereka membuat petak sebagai tempat masak buat peserta.
Sebanyak 68 RT, 12 RW, 14 posyandu, kelurahan, dan tiga pondok pesantren ambil bagian dalam acara iniSetiap kelompok memiliki anggota minimal 20 orangPukul 19:00, peserta mulai berdatanganMereka membawa dondang (tandu) berisi makanan, diiringi musik marawisPuluhan anak kecil juga menemani rombongan dengan membawa puluhan obor.
Warga sangat antusias meramaikan pesta ngaliwet tahun iniPesta kali ini jauh lebih meriah dibanding tahun sebelumnyaBahkan terbilang istimewaSebab, dihadiri Danrem 061/Suryakancana Kolonel Inf Agus Sutomo, ajudan presiden beserta keluarga, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bogor Ade Sarip Hidayat, Camat Bogor Selatan Nandang Sunarmat, dan puluhan wisatawan mancanegara.
Wisatawan asing ini berasal dari Australia, Belanda, Swiss, Jerman, Prancis dan Selandia BaruMereka tak terpengaruh dengan pengeboman di Hotel JW Marriot dan Ritz Carlton yang menewaskan warga negara asing (WNA)Selain menikmati hiburan wayang golek, para wisatawan itu juga menikmati hidangan ngaliwet.
Sayangnya, panitia tak mengundang pihak Museum Rekor Indonesia (Muri)Acara itu memiliki peluang besar untuk tercatat di Muri sebagai pesta ngaliwet terpanjang di Indonesia“Jalan yang digunakan sebagai tempat makan bersama sepanjang 2,5 kilometer dengan peserta sekitar 5.000-7.000 orang,” kata Safruddin.
Agenda ini akan menjadi momen penting mengangkat potensi wisata di Kelurahan CikaretPeluang tersebut mulai terlihat sebab mendapat apresiasi positif dari wisatawan asing“Karena itu, saya mensupport masyarakat Cikaret agar tetap mempertahankan pesta ngaliwet setiap tahun,” ujar Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Ade Sarif Hidayat(rid)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Eks Wako Medan Terima Putusan MA
Redaktur : Tim Redaksi