Peta Politik di Pilgub Jabar itu Unik, Jangan Lengah

Kamis, 17 Mei 2018 – 17:08 WIB
BEM Kawal Pilkada Serentak 2018. Ilustrasi Alfi Radar Bogor/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif Poldata Indonesia, Fajar Arif Budiman menyatakan peta politik di Jawa Barat paling sulit ditebak saat ini.

Menurut Fajar, tokoh maupun partai politik yang pernah unggul secara nasional belum tentu bisa memperoleh kemenangan di Jabar.

BACA JUGA: Debat Ricuh, Kelihaian Kang Hasan Kendalikan Massa Teruji

Ahmad Heryawan adalah Gubernur Jawa Barat dua periode yang berasal dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Sementara Pemilihan Legislatif Provinsi Jawa Barat dikuasai oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dengan perolehan 20% dari jumlah kursi yang tersedia di DPRD Provinsi Jawa Barat dan di 16 dari 27 DPRD Kabupaten dan Kota se-Jawa Barat. 

BACA JUGA: Terlalu Semangat, Sudrajat-Syaikhu jadi Rugi Sendiri

Itu artinya kedudukan Ahmad Heryawan sebagai Gubernur tidak serta merta bisa menjadikan partainya sebagai penguasa di legislatif di Provinisi Jawa Barat.

"Begitu juga dengan kemenangan PDI-P di Jawa Barat ini tidak serta merta bisa memenangkan Joko Widodo di Jawa Barat. KPU mengumumkan bahwa Jokowi-JK yang diusung oleh PDI-P di Jawa Barat hanya mampu meraih sebanyak 40,22 % suara, kalah telak dibandingkan rivalnya Prabowo-Hatta yang berhasil maraup 59,78 % suara masyarakat Jawa Barat,”  ujar Fajar dalam keterangan persnya.

BACA JUGA: Panwaslu Mesti Bergerak Usut Ganti Presiden di Pilgub Jabar

Berdasarkan pada keunikan tersebut, maka logika menang di Jabar berarti menang di nasional secara otomatis bisa dibantah. 

Simplifikasi semacam itu, menurutnya, sudah tidak bisa diterapkan untuk melakukan kalkulasi politik yang lebih akurat.

Lantas apa yang membuat Prabowo-Hatta menang di Jawa Barat pada saat Pilpres 2014?

Fajar menyampaikan bahwa kemenangan Prabowo-Hatta tidak terlepas dari peran kepala daerah yang diusung oleh Partai Gerindra.

“Misalnya di Kota Bandung. Walikota Bandung pada saat itu adalah Ridwan Kamil, beliau diusung oleh Gerindra. Maka tidak heran jika Prabowo – Hatta memperoleh 57,69 % suara mengalahkan Jokowi-JK yang hanya memperoleh 42,32 %,” imbuhnya.

Fajar mengatakan kemenangan Prabowo dan Hatta di Kota Bandung dan Jawa Barat artinya tidak terlepas dari peran Ridwan Kamil, dan kepala daerah lainnya yang diusung oleh partai yang bergabung di Koalisi Merah Putih pada saat itu.

Selain itu, pasca terpilihnya Ridwan Kamil yang diusung Gerindra diketahui terdapat penambahan anggota DPRD Kota Bandung pada Pemilihan Legislatif Kota Bandung pada 2014. 

Hal ini semakin menguatkan anggapan bahwa elektabilitas Ridwan Kamil turut menyumbang suara untuk Partai Gerindra di Kota Bandung.

“Merujuk pada hal tersebut, jika dikaitkan pada peristiwa keriuhan di debat pilgub semalam, rupaya ada hal-hal yang harus dikaji secara lebih saksama. Selain persoalan etika sehingga mengakibatkan kericuhan atau memancing emosi kelompok lainnya,’ papar Fajar.

Fajar kemudian menyarankan para elit politik terutama kandidat bisa lebih mengelaborasikan program yang disampaikan dalam kemasan komunikasi politik yang mendidik sehingga Pilgub Jabar ini selain berfungsi untuk memilih gubernur tetapi juga memberikan pendidikan politik sebagaimana semestinya.(flo/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bukannya Peluk Istri Dulu, Kang Emil Malah Pilih AC


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler