Petani Diminta Melek Teknologi untuk Hadapi Krisis PR

Minggu, 19 Desember 2021 – 15:04 WIB
Petani diharapkan melek teknologi guna menghadapi krisis PR. Foto Ilustrasi: Humas Kementan

jpnn.com, JAKARTA - Tani Center IPB University menyelenggarakan kegiatan webinar PR Crisis dalam Pertanian Goes to MBKM PUSAKA, Sabtu (18/12).

Program ini diikuti oleh 5 perguruan tinggi, IPB University, Universitas Wiralodra, Universitas Mahasaraswati, Universitas Bojonegoro, dan Sekolah Tinggi Pertanian (STIPER) Flores Bajawa.

BACA JUGA: Jokowi Ingin Food Estate Jateng Punya Kelembagaan Petani yang Kuat

Webinar ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada peserta mengenai krisis komunikasi yang terjadi di pertanian.

“Krisis finansial dan krisis PR merupakan tantangan yang akan dihadapi juga pada bidang pertanian” kata Firsan, CEO Nexus Risk Mitigation & Strategic Communication.

BACA JUGA: Penyuluh Pertanian Wajib Kuasai Teknologi

Firsan melanjutkan krisis finansial terjadi masalah pada likuiditas, rentabilitas, dan solvabilitas. Sementara krisis PR terjadi apabila strategi komunikasi yang dilakukan tidak tepat dan tidak ada tanggapan terhadap isu yang berpotensi menjadi krisis.

 

BACA JUGA: SDM & Teknologi jadi Kunci Pembangunan Pertanian yang Berorientasi Kesejahteraan

"Persepsi adalah realita sehingga apa pun yang disuguhkan oleh media adalah fakta sampai perusahaan membangun narasi untuk menjawabnya," ujarnya.

Founder of NAGARU Communication Dian mengatakan petani memiliki keterbelakangan untuk mengadopsi teknologi, sehingga perlu dilakukan strategi komunikasi yang matang dalam mempersiapkan penggunaan teknologi.

“Dalam krisis sangat penting untuk melakukan analisis situasi, termasuk petani” ucap Dian.

Melalui analisis situasi ini, petani dapat memahami produk, market nya, strategi komunikasi nya sehingga masyarakat dapat menerima dengan baik. Hal itu berhubungan dengan pembentukan reputasi produk.

Upaya ini dilakukan sebagai bentuk transparansi karena mereka ingin membangun kepercayaan dari pelanggan. Namun, upaya tersebut harus konsisten, sehingga terlihat adanya bentuk tanggung jawab terhadap produk/jasa/layanan yang diberikan oleh perusahaan.

“Isu-isu mengenai pertanian masih inferior dan belum menjadi perhatian media” kata Jurnalis Republika M. Akbar.

Akbar menjelaskan bahwa ketika dia mencari kata kunci pertanian dan tani pada Google Trend tampak secara grafik masih sangat rendah dibandingkan dengan kata kunci mengenai politik.

"Sehingga, dapat dikatakan isu-isu tentang pertanian masih belum dapat dikemas dengan baik oleh stakeholders terkait," tuturnya. (jlo/jpnn)


Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler