Bella Mahiny menghabiskan liburan musim panas dengan memilah mangga dan memasukkan ke dalam kardus-kardus, yang tak jauh dari rumahnya di Central Queensland.

"Ibu yang menemukan pekerjaan ini di Facebook." kata Bella.

BACA JUGA: Dunia Hari Ini: Pangeran Harry Pernah Minta Ayahnya Agar Tak Menikahi Camilla

Setelah bekerja selama seminggu dengan jam kerja yang dimulai sejak subuh, dan bisa berjam-jam mencium wangi mangga yang baru dipanen, remaja berusia 15 tahun ini mengaku mendapat pekerja pertama yang baik baginya.

"Menyenangkan di sini," katanya.

BACA JUGA: Pasangan Asal Melbourne Ceritakan Saat Perahu yang Ditumpanginya Mulai Tenggelam di Bali

"Saya suka orang-orang di sini, mereka baik sekali."

Bella adalah satu dari beberapa pekerja yang bekerja untuk Tim dan Jenna Keogh yang memasang iklan di media sosial.

BACA JUGA: Seekor Anjing Kecil Nyaris Mati Terlilit Ular Piton Sepanjang 3,5 Meter di Australia

Mereka mencari pekerja untuk perkebunan mangga dengan lima ribu pohon di kawasan Rockhampton.

"Mendapatkan pekerja yang cukup jadi masalah tahun ini, mungkin masalah terbesar yang pernah kami alami," kata Tim.

Menurut data dari Biro Statistik Australia (ABS) tingkat pengangguran di Australia saat ini adalah yang terendah sejak bulan November 1974, yaitu 3,4 persen.

Kurangnya pekerja terjadi di banyak industri, termasuk pertanian.

Namun dengan banyaknya pekerja baru yang mau bekerja, Tim optimistis masalah ini akan bisa diperbaiki.Berita baik setelah panen rusak

Keluarga Keogh sudah menanam mangga dan alpokat selama delapan tahun.

Tim mengatakan musim lalu mereka mengalami gagal panen akibat badai.

Menjual hasil panen yang rusak ke pasok juga tidak mungkin. Karenanya mereka membiarkan warga sekitar untuk memetik sendiri tanpa harus membayar, dari pada dibuang.

Di musim kali ini, mangga jenis Kensington Pride dan R2E2 berbuah baik meski panen harus dilakukan lebih lambat dari biasanya.

"Biasanya kami melakukan pemetikan pada tanggal 10 Desember, namun tahun ini kami baru mulai tanggal 20 Desember," kata Tim.

"Kami puas dengan musim panen sekarang."

"Besarnya bagus. Kami juga terbantu karena hujan yang turun di saat mulai berbuah, sangat membantu.'Mempekerjakan orang lokal

Tim mengatakan tahun ini kondisi cuaca untuk melakukan panen cukup bagus, tapi menemukan pekerja adalah tantangannya.

"Kami tidak bisa melakukan panen tahun lalu. Jadi anak-anak muda yang biasanya datang tiap tahun tidak ada lagi tahun ini dan kami tidak sempat melatih mereka di tahun lalu," katanya.

Tim mengatakan mencari pekerja yang mau bekerja selama Natal dan Tahun Baru sangatlah sulit.

Ia tidak pernah memperkerjakan mereka yang datang lewat Skema Pekerja Pasifik. Mereka jarang juga memperkerjakan para 'backpacker'.

"Kami ingin warga lokal untuk membantu kami jadi kami mencoba membantu mereka semaksimal mungkin," kata Tim.

Ia kemudian menggunakan media sosial untuk mendapatkan pekerja lokal dan akhirnya beberapa orang datang memenuhi panggilan.

"Banyak orang yang belum pernah kami kenal sebelumnya, ada yang kemudian mencoba kemudian menghilang sesudah itu," katanya.

"Namun akhirnya kami mendapatkan cukup pekerja."

Salah seorangnya adalah Jemuel Lacap, yang sekarang sudah bekerja di musim panen tahun kedua.

"Memanen mangga bukanlah pekerjaan sulit jadi seperti dapat uang dengan mudah," katanya.

Pekerja migran asal Filipina ini mengatakan senang bekerja selama liburan musim panas, seperti saat ini.

"Saya memilih bekerja di sini untuk mendapatkan uang dan mengirim uang ke Filipina," katanya.

"Tahun lalu kami tidak bekerja di sini karena ada badai, namun sekarang panenan bagus."

"Buahnya besar, manis dan banyak kadar airnya."

Tim mengatakan dia senang bisa melatih anak-anak muda, terutama kalangan remaja seperti Bella yang memang tertarik untuk belajar.

"Mereka akan kembali tahun depan dan tentu saja setahun lebih tua, dengan itu upah mereka juga akan naik," katanya.

"Mereka mendapat manfaat dan kami juga merasakan manfaatnya."Mengurangi biaya

Tim membuat sejumlah perubahan operasional di perkebunannya untuk mengurangi ketergantungan pada tenaga kerja dan mengurangi biaya.

"Tahun ini saya memotong seluruh pucuk pohon, walau ada buahnya. Karena biaya upah pekerja, terlalu mahal untuk memetik buah di pucuk pohon," ujarnya.

Buah yang dipanen biasanya dijual ke Brisbane, Melbourne, Sydney dan kadang ke Adelaide.

Tapi Tim mengatakan tahun ini mereka hanya akan menjual ke daerah sekitar saja.

"Biaya transportasi terlalu mahal," katanya.

Tim senang karena panen tahun ini selamat dari badai, tapi ia mengaku belum sepenuhnya lega sebelum melihat semua mangga miliknya bisa sampai ke pasaran.

"Perjalanan kami masih jauh, namun sudah lebih baik dari sebelumnya."

Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari ABC News

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dunia Hari Ini: WHO Sebut Data COVID Tiongkok Tak Gambarkan Situasi Sebenarnya

Berita Terkait