Petuah Pak Jokowi untuk Petani Milenial Agar Sukses sampai Pasar Ekspor, Begini...

Jumat, 06 Agustus 2021 – 16:37 WIB
Presiden Jokowi meminta petani bergerak di sektor pertanian tak hanya di hulu saja, tetapi juga menyasar hilirisasinya. Foto: BPPSDMP

jpnn.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendorong agar pertanian menjadi sektor yang menguntungkan.

Oleh karena itu dia meminta petani bergerak di sektor pertanian tak hanya di hulu saja, tetapi juga menyasar hilirisasinya. Petani, pesan Jokowi, jangan hanya bergerak di on farm saja, melainkan harus masuk ke tahap hilir serta tahap pengolahan pascapanen sampai ke packaging dan trading.

BACA JUGA: Sip! Pak Jokowi Dukung Kementan, Pelatihan Petani Milenial Digenjot

"Jangan berhenti di hulu saja, sampai di on farm saja, tapi juga budi daya pascapanen, packaging-nya, pengemasannya dan pemasarannya juga harus ditingkatkan," pesan Presiden pada acara pembukaan 'Pelatihan Penyuluh dan Petani serta Pengukuhan 2.000 Duta Petani Milenial/Duta Petani Andalan (DPM/DPA)', Jumat (6/8).

Secara resmi Presiden Jokowi membuka kegiatan "Pelatihan Penyuluh dan Petani” yang diselenggarakan diselenggarakan oleh Kementerian Pertanian (Kementan).

BACA JUGA: Ketua Banggar DPR RI Khawatir soal Tapering Off The Fed, Pemerintah Coba Dengar Ini

Presiden berharap pelatihan ini mampu meningkatkan daya saing produk pertanian Indonesia di pasar internasional serta meningkatnya profesionalisme petani.

“Persaingan antar produk pertanian saat ini sudah lintas-negara. Petani Indonesia harus kompetitif dalam segala hal seperti keterampilan teknis, pemanfaatan teknologi juga dalam model bisnis dan manajemennya serta hal lainnya," kata eks Wali Kota Solo itu.

BACA JUGA: IDI Beber Bahaya Melakukan Swab Test Antigen Sendiri

Presiden menegaskan ada akses permodalan yang bisa dimanfaatkan oleh petani dan insan pertanian lainnya untuk mengembangkan budidaya pertanian mereka.

"Akses KUR dari perbankan harus dimanfaatkan dengan baik untuk meningkatkan produktivitas dan agribisnis," ujarnya.

Pada saat yang sama, Jokowi juga meminta agar penyuluh tak hanya sekadar melakukan penyuluhan dan pendampingan kepada petani, tetapi juga harus menjadi penghubung antara petani dan pemerintah. 

"Selain melakukan penyuluhan dan pendampingan, penyuluh harus menjadi mata dan telinga yang menghubungkan petani dan pemerintah, begitu juga sebaliknya. Penyuluh harus terus belajar mengembangkan diri. Tingkatkan manajemen dan kapasitas diri. Jangan menunggu diklat untuk belajar, harus aktif belajar bersama masyarakat," ucap Eks Gubernur DKI Jakarta itu.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) menjelaskan, Pelatihan Penyuluh dan Petani serta Pengukuhan 2.000 Duta Petani Milenial (DPM) dan Duta Petani Andalan (DPA) adalah upaya untuk menciptakan penguatan resonansi bagi para milenial untuk berkecimpung di sektor pertanian.

"Melalui para duta, diharapkan akan dapat menjadi role model yang menginspirasi, memotivasi dan menjadi mitra bisnis petani muda lainnya," tegas Mentan SYL.

Dikatakannya, pelatihan dan pendampingan ini untuk agar petani dan petani milenial mendapatkan akses KUR serta untuk menjadi pengusaha start-up atau scale-up pertanian, sehingga mekanisme snow nall effect penciptaan agropreneur dapat terus dilakukan. 

"Saya berharap hasil dari pelatihan ini akan memberikan peningkatan kapasitas dan semangat untuk terus belajar bagi petani dan penyuluh dalam melaksanakan kegiatan agribisnis yang terstandarisasi, modern dan marketable," harap Mentan SYL.

Mentan SYL berpesan kepada penyuluh selain melaksanakan pendampingan dan pengawalan kegiatan agribisnis, mereka diharapkan juga memiliki kemampuan akademik pertanian, tata kelola pertanian dan sebagai motivator bagi petani untuk meningkatkan produktivitas.

Dengan kata lain, penyuluh dapat bertindak seperti Komando Pasukan Khusus (Kopassus) pertanian. "Dengan demikian, penyuluh berperan sebagai komunikator, integrator, motivator, organisator dan dinamisator," tuturnya.

Di sisi lain, dengan melakukan pendampingan dan pengawalan terhadap akses KUR bagi petani, maka penyuluh dapat menjamin tata kelola yang lebih baik dalam rangka meningkatkan produktivitas, kualitas dan ekspor produk-produk pertanian.

"Kepada petani dan penyuluh, saya meminta untuk terus meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap melalui pemanfaatan inovasi teknologi era Revolusi Industri 4.0 termasuk pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)," paparnya.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan Dedi Nursyamsi memerinci hingga saat ini telah terdaftar lebih dari 1,5 juta orang yang akan mengikuti pelatihan online secara bertahap.

Peserta yang dinilai kompeten akan mendapatkan sertifikat yang dibagikan secara online.

"Setiap penyuluh yang mendaftar akan mengikutsertakan 30-40 petani binaannya. Peserta pelatihan ini terdiri dari petani, penyuluh, Duta Petani Milenial (DPM), Duta Petani Andalan (DPA), KTNA, P4S, IKAMAJA dan insan pertanian lainnya," katanya.

Dedi menjelaskan pelatihan ini diselenggarakan untuk mewujudkan SDM unggul di bidang pertanian. Untuk itu diperlukan peningkatan kapasitas petani, penyuluh, petani milenial/andalan, kontak tani, pengelola pelatihan perdesaan swadaya, alumni magang jepang dan stakeholder lainnya melalui penyuluhan, pendidikan dan pelatihan vokasi.

"Penguatan kapasitas petani dan penyuluh agar mampu mengembangkan usahanya melalui akses Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan optimalisasi kegiatan agribisnis perlu dilakukan," kata Dedi.

Hal itu dilakukan sebagai upaya mengantisipasi situasi saat ini yang volatility, uncertainly, complexity, dan . "Maka diperlukan solusi untuk mengubah pola pikir dan sikap seluruh insan pertanian yang memiliki visi ke depan, saling pengertian, saling memahami dan memiliki kejelasan dalam bertindak, sebagaimana tagline 'Pertanian Maju, Mandiri dan Modern'," jelasn Dedi. (jpnn)


Redaktur & Reporter : Elvi Robia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler