jpnn.com - SURABAYA – Pemkot Surabaya makin giat merazia tempat hiburan umum (RHU). Razia itu bertujuan untuk mempersempit ruang gerak perempuan pekerja seks komersial (PSK) eks lokalisasi Dolly-Jarak. Dikhawatirkan, para perempuan tersebut kembali terjun ke dunia prostitusi dengan membonceng di rumah hiburan umum (RHU).
Jumat siang (22/8) petugas gabungan dari Satpol PP Surabaya, Satuan Sabhara Polrestabes Surabaya, dan Komando Staf Garnisun Tetap III/Surabaya mendatangi kompleks pertokoan di Jalan Kedungdoro. Mereka langsung masuk ke Pub Monalisa, tepatnya di barisan kedua kompleks ruko tersebut. Kelompok lain juga melakukan sidak di Kedungdoro, yakni di Pub Primadona. Tetapi, pub itu sedang tutup.
BACA JUGA: Proyek MRT Surabaya Mulai 2015
Saat masuk ke Pub Monalisa, awalnya petugas hanya menemukan satu pasangan yang sedang bobok siang di sebuah kamar lantai satu. Mereka terlihat terkejut ketika pintu kamar digedor-gedor petugas satpol PP.
Tidak berhenti di situ, petugas merangsek masuk ke lantai dua pub tersebut. Di lantai itu, ada ruangan cukup besar dengan kursi sofa yang dijajar rapi. Saat petugas datang, tidak ditemukan seorang perempuan pun di sana.
BACA JUGA: Kemensos Fokus Berdayakan KAT di Raja Ampat
Namun, petugas curiga lantaran menemukan sedikitnya enam pasang sepatu high heels yang berserakan di lantai. Mereka lantas memeriksa setiap jengkal ruangan tersebut. Berkat kecermatan petugas, ternyata ditemukan sebuah pintu kaca khusus yang agak tersamarkan.
Di dalam ruangan itu, petugas mendapati sembilan perempuan yang sedang diam bersembunyi. Mereka pun tidak bisa berkutik ketika dipergoki petugas dan dibawa dengan menggunakan truk ke kantor Satpol PP Surabaya.
BACA JUGA: Geliat Esek-esek di Samping Gedung DPRD
Setelah puas mengubek-ubek pub tersebut, petugas satpol PP bergeser ke arah utara menuju ke Spa Shiatsu. Mereka menyisir satu per satu bilik pijat dan kamar di spa empat lantai itu. Sedikitnya delapan perempuan yang menjadi terapis juga digelandang petugas Satpol PP Surabaya untuk didata lebih lanjut. Total ada 17 perempuan yang dibawa ke kantor satpol PP.
Wakil Manager Spa Shiatsu Santo, 47, mengungkapkan bahwa dirinya tidak menyangka anak buahnya sampai dibawa ke kantor satpol PP. Dia hanya menduga akan ada razia biasa dengan mengecek data identitas para tukang pijat di tempatnya. ’’Izin kami ini lengkap. Para terapis kami ini hanya memijat,’’ ujarnya.
Soal kemungkinan adanya alumni eks lokalisasi Dolly-Jarak yang melamar kerja sebagai terapis, Santo langsung menolaknya. Dia menyatakan sudah tahu kebijakan pemkot yang membatasi ruang gerak para eks PSK Dolly-Jarak. ’’Tentu kami seleksi dulu kalau mereka mau masuk ke sini,’’ ucapnya.
Razia kemarin siang terkesan tebang pilih. Tidak semua RHU dimasuki petugas. Misalnya, Pub LCC di sebelah selatan kompleks tersebut. Padahal, pub itu cukup besar dan terkenal.
Bukan hanya itu, mekanisme razia juga terkesan kurang terorganisasi. Misalnya, penyisiran RHU tersebut tak dilakukan serentak atau bersama-sama. Akibatnya, ada kemungkinan pemilik RHU sudah mengungsikan anak buahnya. ’’Tadi ada yang pergi duluan lewat samping,’’ ungkap seorang pemuda yang ditemui di sekitar ruko di sela-sela razia.
Sementara itu, Kepala Satpol PP Surabaya Irvan Widyanto menegaskan bahwa razia pada RHU akan terus dilaksanakan. Tujuannya, mempersempit ruang gerak para PSK eks lokalisasi Dolly-Jarak. Sebab, selama ini mereka telah diberi pelatihan untuk beralih profesi ke bidang lain. ’’Jangan sampai mereka kembali ke dunia prostitusi,’’ tutur dia.
Sebelumnya, satpol PP yang di-back up polisi dan tentara memang berkali-kali merazia lokasi yang berpotensi dipakai untuk bisnis esek-esekterselubung. Mulai panti pijat, spa, hingga rumah karaoke. Petugas juga menjelajahi rumah-rumah kos di sekitar kawasan eks lokalisasi.(jun/mas/end)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Stok Premium di Sejumlah SPBU Kosong
Redaktur : Tim Redaksi