jpnn.com - JAKARTA - Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) dituding setengah hati memperjuangkan honorer tertinggal baik kategori satu (K1) dan kategori dua (K2). Jika sekarang PGRI mulai menunjukkan peranannya, menurut Sekjen Forum Honorer Indonesia (FHI) Pusat Eko Imam Suryanto, hanya sekadar formalitas saja.
"Kalau kata kami, sudah terlambat. Nanti sudah ada hasilnya baru mau memperjuangkan honorer. Kenapa tidak dari dulu berjuang," kata Eko yang ditemui di Media Center Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenPAN-RB), Selasa (9/9).
BACA JUGA: Sanksi Polri Menanti Idha dan Harahap
Dia menyayangkan, sikap pengurus PGRI yang hanya memperhatikan guru PNS. Padahal selama ini sekolah negeri paling banyak diisi oleh guru honorer.
"Apa bedanya guru honorer dan guru PNS. Guru honorer yang kerjanya lebih banyak malah tidak diperjuangkan," kritiknya.
BACA JUGA: Fatal, Data Pelamar CPNS Diisi Pacar
Senada itu Nanan Surahman, korda FHI Kota Sukabumi mengaku kecewa dengan PGRI. PGRI hanya care ke guru yang sudah ada di posisi nyaman. Sedangkan guru honorer tidak diperjuangkan.
"Saya sebenarnya anggota PGRI, tapi saya kecewa dengan PGRI yang tidak mau memperjuangkan guru honorer. Makanya kami yang anggota PGRI masuk FHI sebagai wadah untuk memperjuangkan honorer tertinggal," terangnya.
BACA JUGA: Kasus e-KTP, KPK Periksa Anak Buah Gamawan Fauzi
Dia juga merasa aneh melihat PGRI mau terlibat saat perjuangan sudah hampir selesai.
"Kalau mau berjuang harusnya dari awal, bukan nanti sekarang," ketusnya.(esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Polri Kirim Tim Jemput Dua Anggota di Malaysia
Redaktur : Tim Redaksi