Pia Akbar Nasution, Penerus Jejak Adnan Buyung Nasution

Minta Bayaran Tinggi saat Dibajak sang Ayah

Senin, 31 Januari 2011 – 08:08 WIB
Pia Akbar Nasution. Foto : Agung Putu Iskandar/Jawa Pos

Setiap kali sidang Gayus Halomoan Tambunan digelar, seorang perempuan selalu duduk di antara para pengacaraKadang dia duduk di samping advokat senior Adnan Buyung Nasution

BACA JUGA: Kisah Bupati Pacitan yang Hanya Menjabat selama 34 Hari

Dia adalah Pia Akbar Nasution, putri bungsu Buyung.

===============================
  AGUNG PUTU ISKANDAR, Jakarta
===============================

PIA berkantor di firma hukum Adnan Buyung Nasution and Partners di lantai 3 Menara Global
Ruang kerja berukuran 4 x 5 meter itu cukup lapang

BACA JUGA: Bebas dari Penjara, Ayin Disambut bak Selebriti

Pada salah satu dindingnya, terdapat jendela besar dengan view kawasan Jalan Gatot Subroto yang selalu ramai.
   
Pia menata ruang kerjanya sedemikian rupa untuk mengingatkan dirinya akan suasana rumah
Di meja kerja, perempuan berambut panjang itu meletakkan foto-foto dua jagoan ciliknya, M

BACA JUGA: Begitu Bebas, Artalyta Buang Pakaian Dalam ke Laut

Iqbal Fadhilah Akbar, 13, dan MAlyosha Rizsqullah Akbar, 7Garis-garis wajah dua cucu Buyung itu sangat persis dengan sang kakek"Yang paling mirip yang sulungMirip banget, ya," kata Pia, lantas menunjukkan foto Iqbal dan Buyung yang kompak mengenakan kacamata dan jas hitam.
   
Hubungan cucu-kakek tersebut memang sangat akrabBahkan, Buyung sering mengajak Iqbal berdiskusi dengan tema-tema serius, seperti korupsi dan persoalan hukum"Saya sampai bilang, "Ayah, dia kan masih SMP," ujar Pia, lantas tersenyum.
   
Pia adalah bungsu di antara empat bersaudaraDia juga anak Buyung yang paling cantikSebab, semua saudara Pia adalah lelakiPerempuan 42 tahun itu pun merupakan salah seorang di antara dua buah hati Buyung yang menekuni karir di dunia hukumKakaknya, Rasyid Nasution, juga menjadi pengacaraNamun, sang kakak lebih berfokus pada bidang perkara konstitusi.
   
Istri MDjamil Syah Akbar itu tidak termasuk perempuan yang ingin serbagampangSetelah lulus dari Fakultas Hukum Unika Atma Jaya pada 1987, Pia tidak langsung bekerja bersama sang ayahDia merasa lebih baik memulai semuanya dari awal"Kalau berhasil, kan lebih puas karena itu hasil jerih payah diri sendiri," papar dia.
   
Setelah lulus, Pia menelusuri gedung-gedung perkantoran di kawasan Jalan Sudirman dan ThamrinDia datangi satu per satu lobi gedung-gedung tersebut untuk mencatat nama-nama firma hukum"Saya masukkan lamaran saya ke semua firma hukum yang adaSaya catat itu," ujarnya.
   
Lulusan pascasarjana Bond University, Gold Coast, Australia, tersebut kemudian diterima di firma hukum Subagyo,  Jatim and DjarotFirma hukum tersebut menangani korporasi multinasional, tidak langsung mengurusi perkaraBuyung kaget ketika diberi tahu Pia bahwa dirinya bekerja di firma hukum tersebutSebab, Buyung tidak mengira bahwa ibu dua anak itu benar-benar serius menjadi pengacara"Ayah bilang, tahu gitu, aku titipin kamu ke teman-teman," papar dia.
   
Pia memang tidak mau hidup di bawah bayang-bayang sang ayahBebannya beratDia akan selalu dibanding-bandingkan dengan BuyungItu dia rasakan sejak kuliahSaat menggarap tugas, bahkan skripsi, dia selalu dikait-kaitkan dengan BuyungKalau hasil tugas Pia baik, para dosen curiga bahwa pengerjaan tugas tersebut dibantu BuyungBegitu pula kalau hasilnya jelek"Ini anak Abang Buyung, kok cuma begini hasilnya," kata Pia, menirukan ucapan mereka.
   
Saat menggarap skripsi, misalnya, Pia kebetulan mengangkat tema franchise alias waralabaKebetulan, tema tersebut masih langkaOrang mengenal, waralaba hanya diperuntukkan makanan cepat saji"Dosen penguji bilang, yang bikin skripsi ini Abang Buyung, ya" katanya.
   
Karena itu, sebisanya Pia bekerja dengan usaha sendiri, bukan atas campur tangan BuyungLagi pula, kalau dibantu sang ayah, paling banter Pia akan bekerja dengan kolega-kolega Buyung"Akan aneh rasanya, orang yang biasanya saya panggil om menjadi atasan," ucap dia.
   
Pia benar-benar merasakan hasil kerja kerasnyaBuktinya, di firma hukum Jatim and Djarot tersebut, dia bertahan empat tahunPada tahun keempat dia bekerja di situ, kebetulan Adnan Buyung Nasution and Partners sudah berdiriBuyung berniat "membajak" Pia dari tempat kerja tersebut.
   
Prosesnya tidak gampangPia tidak mau pindah karena alasan keluargaDia menuntut Buyung menggaji dirinya lebih tinggi daripada firma hukum sebelumnya
   
Negosiasi pun berjalanAwalnya, Buyung menolak tuntutan gaji Pia yang terlalu tinggi untuk ukuran orang baruTapi, sang ayah akhirnya menurut"Tiga bulan dulu kau bekerjaKalau bagus, boleh aku gaji segitu," ujar Pia, menirukan Buyung.
   
Memang berapa tuntutan gaji Pia saat itu? Pia terseyumDahinya berkernyitDia berusaha mengingat-ingat"Lupa ahTapi, itu rahasia dapur, dong," ucap dia, lantas tertawa lepas.
   
Bekerja bersama ayah bukan urusan gampangJustru lebih beratApalagi ketika Pia masih tinggal bersama Buyung, jam dan hari kerja seolah tidak adaDia merasa seperti 24 jam menggarap tugas-tugas kantorSebab, hampir setiap saat dia bertemu dengan BuyungTiap kali bertemu, Buyung selalu bertanya tentang tugas-tugas yang diberikan kepada Pia.
   
Bahkan, saat malam, Buyung kadang-kadang mengetuk pintu kamar Pia untuk menanyakan perkara yang mereka tangani"Saat acara keluarga juga, masih saja bertanya tugas kantor," ungkap Pia.
   
Pia menyatakan, masyarakat saat ini terus membandingkan dirinya dengan BuyungBeberapa orang bahkan menyebut dia sebagai pengganti BuyungDia pun mengakui bahwa beberapa tugas yang biasanya ditangani Buyung mulai dialihkan kepadanyaUntuk sejumlah pernyataan ke media, sering Pia mengambil peran.
   
Namun, Pia menegaskan bahwa dirinya bukan BuyungDia hanya meneruskan apa yang menjadi harapan tokoh senior tersebut"Ayah itu one of a kindNggak ada yang bisa meniru diaSaya tidak bisa seperti dia," ucap PiaBekerja dengan sang ayah juga tidak berarti mendapatkan privilegeSaat sang ayah mengamuk, Pia juga disemprot, sama dengan karyawan lain
   
Perempuan kelahiran 1969 itu menuturkan, sang ayah sangat berharap dirinya menjadi aktivis hukum di LSM, seperti yang Buyung lakukan duluTapi, Pia menegaskan bahwa dirinya tidak bisaDengan pekerjaan sekarang saja, dia kadang kewalahanJika harus membagi waktu untuk aktivitas lain, dia khawatir keluarga kecilnya terkena imbas"Saya katakan kepada ayah, jujur saya tidak bisaKeluarga dan pekerjaan harus jalan dua-duanya," ungkap dia.
   
Figur ayah saat dirinya masih belia terekam jelas di benak PiaBuyung, terang Pia, adalah ayah yang sangat sibukBuyung hampir tidak punya waktu di rumahSampai-sampai, sang ayah tidak tahu di mana anak-anaknya bersekolahPernah, saat masih SD, Pia berjalan pulang dari sekolahnya di kawasan Cikini, Jakarta PusatBuyung yang lewat dengan menumpang mobil langsung berhenti.
   
"Pia, kamu kenapa main-main di sini?" ucap Pia, menirukan Buyung kala ituPia menjawab balik"Lho, Yah, ini kan sekolah PiaPia habis sekolah, mau pulang," katanyaBuyung lantas menutup jendela dan mobil kembali berjalan.
   
Karena itu, Pia tak ingin kejadian-kejadian seperti itu menimpa anak-anaknyaSesibuk apa pun di tempat kerja, dia harus selalu mengontak anak-anaknyaBaik melalui ponsel, internet, maupun pertemuan-pertemuan singkat.
   
Apalagi saat sidang kasus Gayus sedang ramai-ramainya, Pia tetap intensif memperhatikan dua buah hatinyaPia pernah diprotes salah seorang anaknya gara-gara terlalu sibuk"Mama, kantornya nggak pernah libur, ya" Kok hari libur, tapi masih kerja" ucap Pia, menirukan komplain anaknya ketika dirinya masih sibuk bekerja pada musim liburan sekolah"Saya kaget banget saat dia ngomong gituMending gue mati deh daripada dengar anak bilang begitu," kata dia(*/c11/iro)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Enam Terduga Teroris dari SMKN 2 Klaten, Guru-Guru pun Shock


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler