jpnn.com, BOYOLALI - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo memimpin upacara bendera Peringatan HUT ke-76 Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) dengan memakai baju hazmat lengkap di halaman isolasi terpusat Asrama Haji Donohudan, Kabupaten Boyolali, Selasa (17/8).
Ganjar membacakan pidato dengan penuh semangat dan motivasi. Para penyintas dan tenaga kesehatan yang ikut upacara pun, begitu terhanyut dengan kata demi kata dari pidato yang disampaikan.
Orang nomor satu di Jateng itu mengawali pidatonya dengan menyampaikan kondisi bangsa. Dia menyebut seratus ribu lebih masyarakat gugur saat pandemi. Tiga juta lebih masyarakat merasakan sakit di masa ini.
"Banyak orang bertumbangan. Pedagang, pengusaha, karyawan termasuk tenaga medis. Bukan hanya sektor perekonomian dan kesehatan, hampir seluruh lini kehidupan terkena pukulan telak pandemi ini," katanya.
BACA JUGA: Ganjar Menilai Ada Makna Khusus di Balik Baju Adat Badui yang Dipakai Jokowi
Kabar orang meninggal, lanjut Ganjar, terdengar setiap hari bahkan, tenaga kesehatan juga harus bertaruh nyawa saat menangani pandemi.
"Demi keselamatan kita, lebih dari 1.400 tenaga kesehatan meninggal dunia, 110 di antaranya adalah tenaga kesehatan dari Jawa Tengah. Maka di tengah upacara kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 2021, saya ingin memberi hormat setinggi-tingginya kepada para tenaga kesehatan. Kami bersama kalian," tegasnya.
BACA JUGA: Para Anggota Paskibraka Jateng Curhat Hal ini Pada Pak Ganjar
Sebagai salah satu penghormatan, ia mengatakan sengaja memakai hazmat saat memimpin upacara. Dengan cara itu, ia berharap dapat ketularan semangat dan spirit kemanusiaan para tenaga medis di tengah pandemi.
"Semangat dan spirit itu, juga saya harapkan menular pada panjenengan semua yang saat ini sedang menjalani isolasi. Panjenengan tidak sendirian. Yang penting, kita harus terus berjuang untuk pulih dan meningkatkan imun. Jangan loyo apalagi nglokro," imbuhnya.
Dalam kesempatan itu, Ganjar mengatakan bahwa pandemi ini benar-benar jadi kaca benggala yang sempurna untuk menilai diri sendiri.
Covid-19 benar-benar menampar kesadaran, bahwa perjuangan harus terus dilakukan demi cita-cita kemandirian.
"Covid-19 ini mengajarkan pada kita semua, bahwa kita belum berdaulat dan belum mandiri dalam beberapa hal, salah satunya kesehatan," ucapnya.
Menurutnya, percuma selama ini Indonesia menyebut diri sebagai bangsa besar, apabila ternyata riset saja masih lemah.
Percuma membanggakan diri sebagai bangsa adiluhung, kalau laboratoriumnya masih jadul, tidak bisa diadu dikancah dunia.
"Mulai sekarang, ayo gotong royong, bahu membahu menyiapkan segala hal. Kita tingkatkan riset ilmu pengetahuan, kita perbanyak laboratorium dan tingkatkan kelasnya. Apa kita tidak ingin bisa bikin obat-obatan sendiri, menciptakan vaksin, reagen, dan alat kesehatan sendiri? Masak untuk mencukupi kebutuhan masker saja kita harus impor? Apa kita tidak malu?," pekiknya.
Kedaulatan dan kemandirian ini, lanjut Ganjar, bukan hanya untuk sektor kesehatan saja. Sektor pertanian dan pangan, sektor kemaritiman, energi sampai teknologi juga harus berdaulat dan mandiri.
Menurutnya, Indonesia semestinya jadi lumbung pangan dunia, bukan sebagai penerima bantuan pangan.
"Kita ini mestinya jadi raja di lautan, bukan tempat pelarian apalagi ladang pencurian. Juga demikian untuk sektor energi dan teknologi. Semua nikmat yang tercurah di negeri ini, saya haqqul yakin, bisa jadi kendaraan untuk mewujudkan kedaulatan dan kemandirian di segala bidang," katanya.
Untuk itu, momentum perayaan kemerdekaan saat ini, ujarnya, harus menjadikan bangsa ini melakukan evaluasi sehingga, jika cobaan semacam ini datang di kemudian hari, Indonesia akan lebih siap.
"Jangan sampai 10-20 tahun mendatang ketika misalnya terjadi pandemi lagi, kita masih sama seperti ini, terperosok dan terseok-seok seperti ini. Hanya keledailah yang akan jatuh ke lubang yang sama. Kita menolak jadi bangsa keledai. Kita Bangsa Indonesia, Garuda lambang negaranya. Garuda kita harus terbang, mengepakkan sayap menuju kejayaan," pungkasnya. (flo/jpnn)
Jangan Lewatkan Video Terbaru:
Redaktur & Reporter : Natalia