jpnn.com, JAKARTA - Anggota Badan Legislasi (Baleg) DPR RI Luluk Nur Hamidah berharap kepolisian bisa menjerat pihak yang menghalangi upaya penjemputan paksa MSAT, anak kiai buron kasus pencabulan, dengan Pasal 19 UU Tindak Pidana Kekerasa Seksual (TPKS).
Adapun, kata Luluk, pasal itu memberi ruang ancaman hukuman lima tahun bagi pihak yang merintangi penyidikan, penuntutan, atau pemeriksaan terhadap tersangka, terdakwa, hingga saksi dalam perkara TPKS.
BACA JUGA: Anak Kiai di Jombang Menyerahkan Diri, Kompolnas Sampaikan Pesan Penting
"Pihak yang menghalangi, jika diterapkan UU TPKS, bisa dijerat pidana," kata Luluk melalui keterangan persnya, Jumat (8/7).
Legislator Fraksi PKB itu mengaku turut memantau perkembagan upaya penjemputan paksa MSAT di Ponpes Shiddiqiyyah, Jombang, Jawa Timur, Kamis (7/7).
BACA JUGA: Ratusan Polisi Dikerahkan Hanya untuk Menangkap Anak Kiai Jombang, Bambang Heran
Luluk melihat ada upaya dari pihak Ponpes Shiddiqiyyah mencegah penangkapan kepada MSAT yang diduga bersembunyi di lembaga pendidikan keagamaan itu.
Menurut dia, polisi bahkan terkena siraman kopi panas dari salah seorang simpatisan hingga terluka ketika penyidik Korps Bhayangkara hendak menjemput paksa MSAT.
BACA JUGA: Heboh Anak Kiai Jombang, Reaksi Novel Bamukmin PA 212 Lugas, Tanpa Sungkan
"Bapaknya sudah jelas terbuka minta anaknya tidak ditangkap, lalu simpatisan yang secara sengaja menghalangi aparat melakukan penangkapan, apalagi dengan perlawanan,” ujar Luluk.
Alumnus Universitas Indonesia (UI) itu mengingatkan ke depan pihak yang berperkara bisa melayangkan keberatan bukan dengan cara perintangan proses hukum.
Luluk mengatakan pembelaan seharusnya dilakukan sesuai dengan mekanisme dan prosedur yang dibenarkan secara hukum, misalnya melalui pengacara.
“Jadi, perlu kelegawaan dari semua pihak agar proses hukum bisa berjalan dengan baik," kata dia. (ast/jpnn)
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:
BACA ARTIKEL LAINNYA... Yang Menyerahkan Diri Itu Memang Bechi Anak Kiai Jombang, Polisi Sempat Meragukan?
Redaktur : Fathan Sinaga
Reporter : Aristo Setiawan