BACA JUGA: Selamat Jalan, Angky Camaro
Saat itu, ternyata saya sebenarnya sudah mulai sakit, namun tidak pernah saya rasakan
BACA JUGA: Menikmati Sistem Baru Penerbangan Cathay Pacific (2-Habis)
Namun, saya tidak tahu semua ituPekan lalu, saya kembali lagi ke Kendari, yang menjadi ibu kota Provinsi Sulawesi Tenggara
BACA JUGA: Menikmati Sistem Baru Penerbangan Cathay Pacific (1)
Semuanya sudah berubahBandara lama yang parah itu sudah diganti dengan bandara baru yang indahTidak besar, tapi cantik dan modernCukuplah untuk kepentingan Kendari sampai lima tahun ke depanPenerbangan juga sudah begitu banyak sehingga kalau ada pesawat yang terlambat pun masih ada pilihan untuk "loncat" ke pesawat yang lainJalan menuju bandara itu juga sudah disiapkan sangat lebar sehingga tidak akan mengalami kesulitan kalau arus lalu lintas meningkat drastis di kemudian hari
Kini negara kita memang sudah mulai punya bandara-bandara yang baikDi Makassar megahnya bukan main, di Palembang juga indah dan modern, Manado sudah baik, Ambon demikian juga, Padang juga sudah modernBahkan, Makassar dan Palembang sudah terasa kurang besar karena kemajuan wilayah-wilayah di luar Jawa sangat cepat.
Tinggal Samarinda, ibu kota Provinsi Kalimantan Timur yang begitu kaya, bandaranya lebih jelek daripada terminal angkutan kota di KendariMemang sedang ada persiapan membangun bandara di Samarinda, tapi masih sangat ruwet untuk bisa berharap cepat selesai.
Maka, kedatangan saya ke Kendari kali ini dengan suasana yang sangat berbeda jika dibandingkan dengan enam tahun laluBandara baru, jalan-jalan baru, dan dengan hati saya yang juga baruHampir dua tahun lalu saya memang menjalani operasi ganti hati di Tianjin, Tiongkok, yang alhamdulillah berhasil dengan sangat baik
Kegembiraan hati saya kali ini juga saya rasakan setelah melihat bahwa harian Kendari Post dan juga Kendari Ekspres mengalami kemajuan yang pesatApalagi saya juga melihat para pimpinan dan manajer saya di Kendari sudah sangat mampu sehingga sudah tidak perlu lagi diajari, dibina, atau dimarahi
Maka, kedatangan saya ke Kendari sore itu benar-benar hanya untuk "rekreasi", ngobrol santai dengan karyawan di ruang rapat, makan-makan ikan bakar yang sangat segar itu, jalan-jalan ke pantai, menengok dua karyawan yang lagi sakit di rumah masing-masing, ke kota lama, ke MTQ Square, ke kota atas, dan besoknya sudah bisa terbang ke Manado (via Makassar) pada pukul 07.00 pagi
Kendari, sebagaimana juga hati saya, sudah benar-benar berbedaKetika saya datang ke Kendari pertama kali untuk membangun Kendari Post 14 tahun lalu, di kota itu praktis hanya ada satu jalan yang memanjangIbaratnya, kalau Joko Tjandra mau melarikan diri, jangan sekali-kali melarikan diri ke Kendari: pasti kepegangMau lewat jalan mana hayooo? Hanya ada satu jalan di situ.
Kini Kendari sudah sangat berkembangMemang terasa kota ini kekurangan dana pembangunan (dan terutama dana pemeliharaan), tapi dasar-dasar pembangunan kotanya sudah sangat baik: tidak hanya terfokus ke kota lama yang sempit, tapi sudah membangun kota baru yang masih mudah direncanakanJuga mulai membenahi pinggir lautnya yang panjang karena Kendari memang memiliki kekayaan teluk yang jauh menjorok ke dalam (banyak yang berseloroh bentuk teluk Kendari ini menggambarkan kekayaan vital terpenting wanita)
Kota itu juga sudah mengalokasikan wilayah perkantoran seluas 1.000 ha dengan infrastruktur jalan yang sudah dan sedang dikerjakanKantor gubernur yang baru dibangun di siniJuga mapolda dan lain sebagainya
Bangunan kantor gubernurnya sendiri kecil (sesuai dengan keperluan yang ada sekarang), tapi persiapan luasan lahannya yang kini masih berbentuk taman hutan sangat mengesankanTerasa para pemimpin di Kendari memiliki sisi wawasan ke depan(Bersambung)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Susu Sapi Bukan untuk Manusia
Redaktur : Tim Redaksi