Pilgub Jatim, Lawan Gus Ipul Muncul dari Partai Menengah

Sabtu, 03 Juni 2017 – 00:57 WIB
Gus Ipul. Foto: Radar Surabaya

jpnn.com, SURABAYA - Safari politik Saifullah Yusuf atau Gus Ipul ke Partai Demokrat dan mendaftar ke PDI Perjuangan (PDIP), dipandang oleh pengamat politik Universitas Trunojoyo Madura Mochtar W Oetomo sebagai langkah percepatan jelang pilgub.

Meski demikian, dirinya percaya masih akan ada nama calon gubernur (cagub) lain yang maju.

BACA JUGA: Mas Marwan Gelisah Akibat Warga Jateng Makin Susah

“Ini berarti Gus Ipul telah melakukan langkah percepatan di Pilgub 2018. Tidak hanya PDIP, tapi juga ke Partai Demokrat. Sebenarnya ini merupakan langkah menciptakan kondusivitas berpolitik,” ujar Direktur Surabaya Survey Center (SSC) Mochtar seperti yang dilansir Radar Surabaya (Jawa Pos Group), Jumat (2/6).

Menurut Mochtar, meski Gus Ipul mendahului start, bukan berarti langkah cagub dari partai lain tidak akan muncul.

BACA JUGA: Pilgub Jatim 2018, Demokrat Menunggu Instruksi SBY

Masih ada partai menengah, seperti PAN, Gerindra, PKS, Partai Golkar dan PPP yang masih menyimpan erat arah dukungan partainya.

“Masih akan muncul nama lain. Karena memang partai menengah belum kita lihat akselerasinya,” jelasnya.

BACA JUGA: Hari Ini, Seleksi Calon PDIP Pilgub Jatim Dibuka, Siapkan Duit Rp 100 Juta

Partai menengah ini, masih membuka peluang untuk memunculkan nama cagub pesaing Gus Ipul. Sebab, dari ketiga partai yang sudah berkomunikasi dengan wakil gubernur petahana hingga saat ini baru terkumpul total 52 kursi.

Artinya masih ada peluang partai lain untuk mengusung cagub lain. Pasalnya, parati untuk mengusung cagub dan cawagub minimal harus memiliki 20 kursi di DPRD Jatim.
“Saya kira pertarungan masih panjang. Walaupun total kursi partai pengusung Gus Ipul saat ini sudah besar di parlemen, namun kalau tidak bisa konsolidasi, belum jaminan,” jelasnya.

Pandangan Mochtar ini didasari dengan tidak signifikannya antara suara partai di parlemen dengan suara pemilih dalam pertarungan kandidat.

Sebab, selama ini masyarakat selalu memandang calon yang memiliki track record, elektabilitas dan pencapaian politiknya.

Ditanya soal keinginan beberapa elit partai di Jatim adanya calon tunggal, menurut Mochtar bukanlah pendidikan politik yang bagus bagi masyarakat.

Sebab dalam berdemokrasi diperlukan pilihan. Jika hanya muncul satu nama, tentunya menjadi catatan dalam politik di Jatim.

“Itu sangat tidak bagus bagi pendidikan politik,” ungkapnya.

Terpisah, Direktur Lembaga Survei Regional (LSR) M Mufti Mubarok menilai Jatim perlu pemimpin baru bukan yang nama-nama lama selama ini beredar.

Dia menyebutkan, nama seperti Hasan Aminuddin dan Pramono Anung layak diperhitungkan.

“Kebutuhan pemimpin baru sangat terasa. Dari survei tampak para calon lama elektabitasnya cenderung turun. Sementara elektabilitas calon baru cenderung naik,” tegas Mufti. (bae/no)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ikut Seleksi Calon PDIP di Pilkada, Bayar Rp 100 Juta Dulu


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler