Pilih Tinggalkan ISIS daripada Perkosa Gadis

Mantan Militan Beber Kelakuan Bejat Tentara ISIS

Kamis, 19 Maret 2015 – 05:50 WIB
Foto: english.alarabiya.net

jpnn.com - SEORANG mantan militan yang berperang demi Negara Islam Irak Suriah (ISIS) memutuskan untuk meninggalkan kelompok pemberontak yang dikenal brutal itu. Seorang militan bernama Hamzah yang berperang di Irak dan Suriah, memilih hengkang dari ISIS karena tak mau ambil bagian dalam pemerkosaan terhadap para wanita yang dijadikan budak seks.

Hamzah adalah anggota ISIS dari Fallujah, Irak yang menuturkan pengalamannya selama bergabung dengan kelompok pemberontak itu kepada Patrick Cockbum, wartawan dari media Inggris,  Independent. Hamzah mengaku kecewa dengan cara-cara yang digunakan ISIS setelah para komandannya menjadi haus darah dan liar dalam urusan syahwat.

BACA JUGA: Bentuk Kerah Kemeja Presentar Ini Bikin Heboh, Katanya Mirip Anunya Pria

Ia menuturkan, seorang militan senior di ISIS mengambil keuntungan dari ribuan gadis sekolahan asal luar negeri yang bergabung dengan kelompok teror itu. Para perempuan muda pendatang itu dikawini secara kontrak oleh para komandan ISIS, lantas diceraikan sepekan kemudian untuk diberikan kepada militan lainnya.

Namun, bukan itu saja yang membuat Hamzah tercengang. Militan ISIS memperjual-belikan wanita-wanita muda dari kaum Yazidi, memperkosa dan menjadikan mereka sebagai budak seks. Kaum Yazidi memang menjadi target ISIS karena kelompok penganut agama sinkretisme itu dianggap kafir dan penyembah berhala.  

BACA JUGA: Menurut Anda, Apakah Wanita Berjenggot Lebat Ini Tetap Terlihat Ayu?

Menurut Hamzah, ISIS memang menggaji para tentaranya. Hamzah mengaku digaji sekitar IQD (Iraqi Dinar) 400 ribu atau sekitar  Rp 4,5 juta per bulan plus gratis makanan, bahan bakar dan akses internet.

Selain itu, ISIS juga menggunakan metode cuci otak dengan menggunakan waktu luang para militan untuk menghadiri ceramah para ulama dan membaca Alquran. ISIS juga menggelar kompetisi berhadiah uang tunai bagi militan yang memiliki ilmu pengetahuan hebat.

BACA JUGA: Tunisia Berdarah, 19 Tewas dalam Serangan Teroris di Museum Bardo

Hamzah mengaku bergabung dengan ISIS karena terpaksa lantaran tak punya pilihan lain saat kota asalnya dibumi-hanguskan oleh militan. Ia lantas dikirim ke pusat pelatihan ibu kota ISIS di Raqqa, Suriah untuk dibina menjadi eksekutor.

Setelah dipaksa menyaksikan video pemenggalan kepala yang tak terhitung jumlahnya, Hamzah lantas diperintahkan mengeksekusi warga lokal dari kelompok Sunni yang dianggap bekerja untuk pemerintah. Namun, Hamzah menolak melakukan aksi bengis itu dengan alasan tak mau mengeksekusi orang-orang yang dikenalnya sebagai teman.

Hamzah memang mendapat kelonggaran dari atasannya untuk tak menjalankan perintah itu. Namun, ia juga diperingatkan bahwa di masa mendatang tak bisa lagi mengelak dari tugas serupa.

Tak lama setelah menghindar dari perintah untuk memenggal teman sendiri, Hamzah menyadari bahwa menjadi jagal bagi ISIS bukanlah sesuatu yang diidam-idamkannya. Perasaan itu memuncak pada Desember tahun lalu ketika gadis-gadis kaum Yazidi yang diculik dibawa ke tempat tinggalnya dan dia diajak untuk ikut memerkosa mereka.

“Komandan mencoba membujuk kami dengan mengatakan bahwa ini (pemerkosaan, red) halal, hadiah dari Allah yang diizinkan untuk memuaskan kami tanpa menikahi mereka karena mereka adalah penyembah berhala,” katanya.  “Ini pemandangan yang menakutiku,” tambahnya.

Tak lama kemudian Hammzah merencanakan pelariannya dari ISIS. Ia memang mengesampingkan kenyataan tentang teman-temannya yang disekskusi secara btutal karena berusaha kabur.

Dengan memanfaatkan layanan pesan singkat Viber, Hamzah menghubungi temannya di luar ISIS dan mengaku telah mendapat izin dari khalifah  Abu Bakr al-Baghdadi  untuk menghubungi pijak keluarga melalui telepon seluler sebagai hadiah atas loyalitas dan keberaniannya. Hamzah  kemudian menggunakan telepon seluler itu untuk mengatur upaya melarikan diri.

Karenanya, setelah bebas Hamzah mengeluarkan unek-unek tentang kekecewaannya dengan seluruh jargon ISIS untuk menggelorakan jihad. “Pada awalnya saya pikir mereka berjuang demi Allah, tapi kemudian saya menemukan bahwa mereka jauh dari prinsip-prinsip Islam,” katanya.

Militan ISIS, lanjut Hamzah, juga dekat dengan barang haram. “Aku tahu bahwa beberapa pejuang mengonsumsi narkoba, yang lain terobsesi dengan seks. Sama saja pemerkosaan, laki-laki yang berbeda menikahi perempuan yang sama dalam sebuah periode waktu itu jelas tidak manusiawi,” katanya.(independent/dailymail/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Cerita dari Kamp Pengungsi Korban ISIS: Kapan Kami Pulang dan Bersekolah?


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler