jpnn.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin menilai, Partai Golkar kini sedang berada dalam kondisi sulit.
Itu karena Golkar harus memilih antara merelakan Setya Novanto lengser dari kursi ketua umum atau melawan rakyat.
BACA JUGA: Terus Dorong Munaslub, Di Mana Kesetiakawanan Kader Golkar?
"Jika tetap mempertahankan Novanto, maka artinya melawan kehendak rakyat. Pemberitaan tentang Novanto akhir-akhir ini bagaikan sinetron berseri yang tak ada habis-habisnya," ujar Ujang di Jakarta, Sabtu (25/11).
Menurut Ujang, 'sinetron' tentang Novanto bukan malah mengangkat popularitas partai berlambang beringin tersebut.
BACA JUGA: Munaslub Golkar Penting untuk Jaga Kepercayaan Jokowi
Malah menjadi kampanye hitam yang jika tak segera dihentikan bakal semakin menggerus elektabilitas Golkar.
Lulusan program Doktor Universitas Indonesia ini menyadari, Novanto masih memiliki kekuatan untuk mempertahankan kekuasaannya.
BACA JUGA: Dedi Mulyadi: Munaslub tak Perlu Tunggu Putusan Praperadilan
"Novanto mugkin saja memegang kartu AS di Internal Golkar, tapi menurut saya dia lebih elok dan negarawan jika rela melepas jabatan yang melekat," ucapnya.
Selain itu, Novanto juga penting menyadari, kasus hukum yang dihadapi membuat citra dan elektabilitas partai yang dipimpinnya menjadi merosot.
Demikian juga dengan citra lembaga DPR yang juga dipimpinnya.
"Golkar akan dihukum rakyat dengan tidak dipilihnya Golkar di Pilkada 2018 dan Pemilu 2019 jika Golkar masih mempertahankan Novanto," pungkas pengajar di Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) ini.(gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Belum Ada Usulan Resmi Munaslub Golkar
Redaktur & Reporter : Ken Girsang