jpnn.com, JAKARTA - Wakil Menteri Agama (Wamenag) Romo H.R. Muhammad Syafi’i memberikan apresiasi tinggi kepada pemerintah dan Polri atas keberhasilan menyelenggarakan dua hajatan besar demokrasi, Pemilihan Presiden (Pilpres) serta Pemilihan Legislatif (Pileg), yang berlangsung aman damai.
Begitu juga dengan sikap Presiden Prabowo dan Polri dalam menjaga stabilitas dan damainya pelaksanaan Pilkada.
BACA JUGA: Indeks Kerukunan Umat Beragama Naik Signifikan, Wamenag Akui Masih Ada Tantangan
“Kami bersyukur cooling system Polri efektif di lapangan,” ujar Romo Syafi’i dalam dialog publik bertema Strategi Polri Dalam Mengimplementasikan Cooling System Guna Menjaga Stabilitas Sosial Pasca Pemilukada 2024, di Jakarta, Rabu (11/12).
Romo Syafi’i menyoroti gestur politik Presiden Prabowo yang dinilai mampu merangkul perbedaan usai kompetisi pemilu.
BACA JUGA: Wamenag Ajak Pejabat Negara Teladani Akhlak Rasul
Langkah itu dianggap berhasil mencegah polarisasi politik dan menjadikannya kekuatan untuk membangun bangsa.
“Presiden Prabowo tidak antiperbedaan atau kritik, tetapi mampu meramu semuanya menjadi kebijakan yang menyatukan,” jelasnya.
BACA JUGA: Apresiasi Wamenag atas Pembentukan Pokjaluh, KKG, dan MGMP
Dia membandingkan strategi ini dengan langkah-langkah serupa yang dilakukan oleh pemimpin dunia seperti Roosevelt di Amerika Serikat dan strategi pemerintahan di China.
Keberhasilan Polri dalam menjaga situasi tetap kondusif juga mendapat apresiasi.
Wakil Kepala Operasi Cooling System Nusantara Brigjen Yuyun Yudantara menjelaskan operasi tersebut bertujuan mencegah polarisasi masyarakat melalui pendekatan humanis dan persuasif.
“Kami arahkan agar pilihan politik yang berbeda tetap berada dalam koridor aman dan damai. Operasi Cooling System ini melibatkan pembentukan satuan tugas khusus yang bekerja untuk menjaga stabilitas sosial di seluruh wilayah Indonesia," ucapnya.
Ketua PGI, Pdt. Jacklevyn Manuputty, turut memuji langkah Polri. Gereja mendukung penuh operasi ini dengan memberikan arahan kebiasaan damai kepada jemaat melalui para pendeta.
Sementara itu, pakar komunikasi Devie Rahmawati mengingatkan bahwa media sosial berpotensi memecah belah bangsa, terutama di tengah tingginya penggunaan telepon seluler oleh generasi milenial.
“Jumlah telepon seluler di Indonesia melebihi jumlah penduduk. Ini harus diawasi, karena generasi muda mendominasi populasi,” ungkap Devie.
Dialog publik yang digagas Divisi Humas Polri bersama Pertamina ini melibatkan berbagai elemen, termasuk tokoh agama, masyarakat, mahasiswa, dan jajaran kepolisian.
Dalam kesempatan ini, Polri juga menyampaikan harapannya agar stabilitas yang tercipta dapat terus dijaga menuju visi Indonesia Emas 2045. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Wamenag Beri Pesan Khusus kepada Alumni PKN Tingkat II
Redaktur : Dedi Sofian
Reporter : Mesyia Muhammad