jpnn.com - JAKARTA - Keselamatan Pilot belum menjadi perhatian maskapai maupun pemerintah. Sebab Pilot pesawat Garuda Indonesia Capt Rhamdanto dikabarkan meninggal dunia saat bertugas di dalam pesawat hari Minggu (31/8) kemarin.
Dari laporan awal, penyebab meninggalnya pilot pesawat GA-4032 itu disebabkan karena penyakit jantung.
Kabar penyebab meninggalnya itu dibantah oleh VC Corporate Communication PT Garuda Indonesia Pujobroto. Menurut Pujobroto, Rhamdanto tidak meninggal saat berada di pesawat. Pilot itu mengembuskan napas terakhir ketika berada di rumah sakit Sari Farma, Bima. "Kabar itu tidak benar. Dia meninggal ketika dirawat," ujarnya.
Pujobroto menjelaskan saat itu pesawat tiba di Bima pukul 14.00 WITA. Selang sepuluh menit Rhamdanto mendadak mengaku kurang sehat. Dia meminta untuk diantar ke rumah sakit.
BACA JUGA: PKS: Kalau Suara Terbanyak, Karolin Ketua DPR
Pukul 14.15 WITA, Rhamdanto masih bisa berjalan menuju mobil untuk diantar ke rumah sakit. "Petugas mengantar dia ke rumah sakit. Tiba di rumah sakit 14.45 WITA," paparnya.
Pukul 14.45, dia tiba di rumah sakit. Dokter Irma langsung memberikan perawatan intensif. Namun, kondisi Rhamdanto tidak tertolong. Pada pukul 15.30 dia meninggal dunia. "Saat ini jenazahnya diterbangkan ke Jakarta," ujarnya.
Terpisah, Santoso Edi Wibowo, plt Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan (Kemenhub), mengatakan bahwa kini pihaknya masih mengumpulkan keterangan dari petugas di lapangan.
"Kami masih menunggu laporan dari Balai Kesehatan Penerbangan. Sampai kini belum ada penjelasan," tuturnya.
Santoso yakin, meninggalnya Capt pilot Garuda itu bukan saat di pesawat seperti yang diberitakan. Pasalnya pesawat masih bisa mendarat dengan lancar di Bima. "Kalau menurut laporan Garuda tidak di pesawat. Tapi di rumah sakit. Kemungkinan seperti itu," ujarnya.
Menurut Santoso Kemenhub sudah membuat aturan ketat pada pilot. Bagi yang sakit parah apalagi Jantung, tidak boleh menerbangkan pesawat. Pemeriksaan kesehatan kepada pilot dilakukan 6 bulan sekali. Lebih ketat dari negara lain yang memeriksa pilot setahun sekali. Menurut dia, itu disesuaikan dengan kondisi kesehatan rata-rata penduduk Indonesia.
Namun, lanjut dia, ketika sudah diperiksa belum tentu pilot itu sudah 100 persen dinyatakan layak terbang. "Karena kan kesehatan bisa berubah sewaktu-waktu. Sekarang sehat besok bisa jadi orang itu sakit," jelasnya. (aph/end)
BACA JUGA: Yusril Akan Dihadirkan Jadi Saksi Ahli di Persidangan Anas
BACA JUGA: Polisi Lepaskan Florence Sihombing
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ajudan Nazar Ambil Kardus Bermotif Batik Berisi Uang
Redaktur : Tim Redaksi