jpnn.com, JAKARTA - Pengamat komunikasi politik Emrus Sihombing mengatakan, predikat sebagai tokoh muslim paling berpengaruh di dunia memberi dampak sangat positif pada Joko Widodo di Pilpres 2019.
Pasalnya, predikat diberikan 'The Royal Islamic Strategic Studies Centre' yang berada di Amman, Jordania. Mantan Wali Kota Surakarta itu berada di urutan 16 "The Muslim 500".
BACA JUGA: Pengurus Daerah Dukung Cak Imin jadi Cawapres Jokowi
"Jadi, ada atau tidak ada stigma anti-Islam pada Jokowi, predikat yang disematkan sangat berpengaruh," ujar Emrus kepada JPNN, Rabu (18/4).
Menurut Emrus, stigma yang coba dibangun pihak tertentu bahwa Jokowi anti-Islam sebenarnya sangat tidak berdasar. Mantan gubernur DKI Jakarta itu lahir di lingkungan muslim yang taat beribadah.
BACA JUGA: Bikin Curiga, Proyek Infrastruktur Era Jokowi Sering Celaka
Selain itu, dari keseharian juga Jokowi rajin beribadah. Bahkan saat berkunjung ke Afghanistan dia menjadi imam. Tepatnya saat salat berjamaah d Masjid Kompleks Istana Kepresidenan Arg, di Kabul, Senin (29/1) lalu.
"Jadi saya kira, kalau ada pihak yang melabelkan Jokowi anti-Islam, kemungkinan tujuannya untuk politik," katanya.
BACA JUGA: Amien Rais Mbahnya Haters, tapi Tak Jantan soal Partai Setan
Pengajar di Universitas Pelita Harapan (UPH) ini menduga, pihak tersebut ingin membangun opini di tengah publik bahwa Jokowi tidak sesuai dengan tokoh yang mereka inginkan memimpin Indonesia.
"Jadi (stigma anti Islam) hanya coba dilabelkan segelintir kalangan saja. Buktinya Pak Jokowi berada di urutan 16 tokoh muslim paling berpengaruh di dunia. (gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Milenial Demen Jokowi Naik Chopper atau Prabowo Berkuda?
Redaktur & Reporter : Ken Girsang