jpnn.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif Center for Strategic on Islamic and International Studies (CSIIS) Moh Sholeh Basyari menyatakan Partai Kebangkitan Bangsa atau PKB bukan lagi menjadi parpol pilihan utama warga Nahdlatul Ulama (NU).
Basyari mendasarkan pendapatnya pada hasil survei CSISS di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat belum lama ini.
BACA JUGA: Survei Parpol Pilihan Warga NU: Gerindra Teratas, PKB?
Menurut Basyari, di tiga provinsi yang menjadi basis nahdiyin itu justru PKB berada di bawah Gerindra dan PDI Perjuangan.
"PKB juga berada di posisi ketiga di Jawa Timur, dibandingkan Pemilu 2019 di posisi kedua, bahkan 2014 menjadi partai pemenang di Jawa Timur," kata Basyari di Jakarta, Selasa (1/3).
BACA JUGA: Analisis Qodari Mengenai Kesamaan Sikap PBNU dan PKB Soal Penundaan Pemilu 2024
Basyari mengatakan ada dua sisi yang bisa dilihat dari hasil survei itu. Di satu sisi, kata Basyari, PKB dituntut menjadi mandiri dan tidak hanya mengandalkan NU sebagai lumbung suara di pemilu.
Di sisi lain, tuturnya, harus ada pergantian pimpinan PKB. Alasannya, pengurus partai pimpinan Muhaimin Iskandar itu tidak mampu memperluas basis dukungan.
BACA JUGA: Sepertinya Muhaimin Ambigu, Mau Jadi Capres tetapi Dorong Penundaan Pemilu
"Harus ada pergantian top leader ketika tidak bisa melakukan itu, tidak melakukan penguatan PKB, selalu bersandar dan tidak bisa memahami fenomena perubahan yang terjadi, otomatis harus dikembalikan pada yang punya dan itu PBNU," kata Basyari.
Sebelumnya, CSIIS dalam surveinya mencatat sejumlah partai politik yang menjadi pilihan warga NU. Hasilnya ialah Gerindra di posisi pertama dengan 17 persen, sedangkan PDI Perjuangan di posisi kedua dengan 16 persen.
Adapun PKB PKB yang selama ini menjadi partai resmi warga NU berada di posisi ketiga dengan 15 persen.(mcr8/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Hasil Survei IPO: Hubungan PKB dengan PBNU Jelek, Elektabilitas PAN Menanjak
Redaktur : Antoni
Reporter : Kenny Kurnia Putra