PKD Sulsel: Pemerintah Tampaknya Enggan Merayakan Hari Anak Nasional di Luwu Utara

Kamis, 23 Juli 2020 – 22:50 WIB
Suasana posko darurat bencana banjir bandang dan tanah longsor. Foto: dok pri untuk jpnn

jpnn.com, LUWU UTARA - Pusat Koordinasi Daerah (PKD) Mapala Sulawesi Selatan menilai pemerintah pusat maupun pemerintah daerah tampaknya enggan merayakan Hari Anak Nasional 2020 di Luwu Utara.

Sebab, anak-anak di lokasi bencana banjir bandang dan tanah longsor di sana, jauh dari kehidupan yang layak dan sehat.

BACA JUGA: Istri Ogah Cerai, Suami Terpengaruh Miras Ini Malah Nekat Melakukan Perbuatan Terlarang

Sekretaris Operasi SAR PKD Mapala Sulsel Imam Abrari mengatakan, berdasarkan pemantauan timnya di Desa Meli dan Desa Radda, banyak anak-anak yang kesulitan dan belum mendapat bantuan dari pemerintah.

Bahkan, anak-anak yang terdampak banjir itu saat ini ada yang mengalami sakit.

BACA JUGA: Hari Anak Nasional, Mendikbud: Situasi Sulit Kuatkan Semangat Belajar Anak Indonesia

"Mereka berharap bisa keluar dari tenda pengungsian, yang sudah dihuni selama sepuluh hari terakhir, ke tempat yang layak huni," kata Imam.

Imam yang akrab disapa Todak itu menilai lokasi pengungsian pun jauh dari standar posko darurat.

BACA JUGA: Pasutri Terbangun karena Suara Berisik di Dapur, Ternyata Anaknya Tengah Melakukan Perbuatan Terlarang

Kebutuhan makanan dan obat-obatan pun sangat terbatas. Bahkan, hasil olahan makanan dari dapur umum tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan perut para pengungsi.

Imam menceritakan anak-anak bahkan sampai berkerumun setiap ada mobil yang datang.

"Mungkin saja mereka mengharapakan ada terselip mainan di antara tumpukan barang sebagai teman penghibur untuk sejenak melupakan kesedihan di tengah bencana," kata dia.

Dalam tahap penanggulangan bencana, Imam yang merupakan anggota Mapalasta ini mengingatkan pentingnya healing trauma akibat bencana tersebut.

Sementara pemerintah saat ini, lanjut dia, abai terhadap trauma anak yang bisa berdampak bagi masa depan bangsa.

"Uluran tangan dari pemerintah menjadi kunci masa depan anak-anak pengungsi di Luwu Utara. Bukankah ada lembaga khusus pemerintah yang menaungi masalah perlindungan anak?" kata Imam menanyakan peran pemerintah.

Imam bahkan menilai bantuan sekecil apa pun dari pemerintah atau masyarakat lainnya juga bisa membuat perbedaan bagi anak-anak terdampak bencana ini.

BACA JUGA: Ketua Fraksi NasDem Sumut dr Tuahman Purba Positif Terjangkiti COVID-19

"Selamat Hari Anak Nasional 2020, mungkin dengan sumbangan sebuah boneka dan bola bekas saja bagi anak-anak pengungsi korban banjir di Luwu Utara sudah cukup memberikan secerca harapan dan senyuman bahwa masih ada yang peduli terhadap kondisi mereka yang masih berjuang di tengah kepedihan," kata Todak. (tan/jpnn)


Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler