PKL Malioboro: Kami Seperti Sudah Jatuh Tertimpa Tangga

Kamis, 16 Desember 2021 – 17:45 WIB
Lokasi baru yang diperuntukkan bagi pedagang kaki lima Malioboro. Foto: M. Sukron Fitriansyah/JPNN.com.

jpnn.com, YOGYAKARTA - Para pedagang kaki lima (PKL) di kawasan Malioboro keberatan dengan rencana relokasi yang dilakukan Pemerintah Kota Yogyakarta. 

Sampai saat ini, para PKL yang tergabung dalam Paguyuban Angkringan Malioboro tetap kekeh menolak relokasi.

BACA JUGA: Tempat Belum Jadi, PKL Malioboro Ogah Direlokasi

Ketua Paguyuban Angkringan Malioboro Yati Dimanto mengaku syok ketika tahu akan direlokasi tahun depan.

Relokasi bukan kali pertama dialami Yati yang merupakan salah satu PKL di Malioboro itu. 

BACA JUGA: Berjualan di Trotoar dan Bahu Jalan, 145 PKL Ditertibkan Satpol PP Depok

Pada 2004, lapaknya yang berada di ruas barat Malioboro juga direlokasi ke tempat yang sekarang.

"Dulu enak, sebelum relokasi kami diajak berembuk dari awal sama Pemkot (Yogyakarta),” ungkapnya, Rabu (15/12).

BACA JUGA: Menko Airlangga Serahkan Bantuan Tunai Kepada 65 PKL di Kota Mataram

Bagi Yati, Malioboro adalah bagian dari hidupnya. 

Di Malioboro ini, Yati menghabiskan masa kecilnya.

Kini, sudah 21 tahun dia menghabiskan waktu berjualan makanan di Malioboro.

Dengan adanya wacana relokasi di masa pandemi Covid-19, Yati merasa seperti sudah jatuh tertimpa tangga.

Ketika awal pandemi, PKL Malioboro tidak membuka lapaknya. 

Hal ini membuat perekonomian para pedagang lesu.

"Berbulan-bulan kami tidak jualan sedangkan tabungan sudah habis untuk makan," katanya.

Penerapan PPKM Level 2 oleh Pemerintah Provinsi DIY sedikit memberi harapan pada pedagang Malioboro.

Namun, dengan adanya wacana relokasi itu membuat pedagang kembali tak tenang.

Menurutnya, apabila relokasi direalisasikan, butuh waktu bagi PKL untuk mendapatkan pelanggan di tempat baru.

“Kami juga butuh biaya makan, keperluan sekolah anak dan bayar kontrakan," ujar Yati.

Berbeda dengan Nasoha (55). 

Pedagang pernak-pernik di Malioboro ini pasrah dengan adanya wacana relokasi tersebut.

Nasoha melanjutkan dagangan suaminya yang sudah meninggal dunia.

“(Almarhum) suami saya jualan di sini sudah puluhan tahun, saya cuma melanjutkan," katanya.

Dia kini lebih mempercayakan suaranya dan pedagang lain kepada paguyuban.

Namun, dia juga berharap kepada pemerintah memberikan waktu bagi pedagang Malioboro untuk memulihkan perekonomian terlebih dahulu akibat imbas pandemi Covid-19. (mcr25/jpnn)


Redaktur : Boy
Reporter : M. Syukron Fitriansyah

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler