PKS Dorong Penguatan Otonomi Daerah, Ini Alasannya

Selasa, 24 Mei 2022 – 14:15 WIB
Ketua Fraksi PKS DPR Jazuli Juwaini mengatakan pihaknya mendukung penguatan kewenangan daerah dalam kerangka otonomi daerah. Foto: Dok PKS

jpnn.com, JAKARTA - Ketua Fraksi PKS DPR Jazuli Juwaini mengatakan pihaknya mendukung penguatan kewenangan daerah dalam kerangka otonomi daerah.

Menurutnya, otonomi daerah yang sepenuh hati sangat penting untuk mewujudkan pemerataan pembangunan Indonesia.

BACA JUGA: Hari Otonomi Daerah ke-26 Jadi Momen Refleksi Pemerintah Daerah

Menurut Anggota Komisi I DPR RI ini, pemerintah pusat tidak boleh mengekang dan mengambil alih kewenangan-kewenangan daerah, karena ini bertentangan dengan tujuan pemerataan dan pembangunan ekonomi bagi seluruh rakyat.

Dia menyebut pemerintah pusat tak memahami secara detail apa yang ada di setiap wilayah republik ini secara utuh. Oleh karena itu pentingnya otonomi daerah.

BACA JUGA: Kemendagri Dorong Penguatan Peran ASN Soal Otonomi Daerah

"Pemerintah daerah disuruh running dan maju cepat, tapi tidak dilepas. Ini seperti sapi disuruh lari, dipecut, tapi ekornya dipegang. Saya kira, itu adalah suatu paradoks yang tak boleh terjadi", paparnya lagi," beber Jazuli dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (24/5).

Jazuli pun menyebut beberapa UU yang dalam pandangan Fraksi PKS bertentangan dengan semangat desentralisasi dalam otonomi daerah.

BACA JUGA: Akmal Malik: 20 Tahun Otonomi Daerah Melahirkan Banyak Perubahan Positif

"Makanya, beberapa waktu lalu, Fraksi PKS menolak tegas disahkannya UU Omnibus Law, disahkannya UU HKPD. Kenapa? Karena dalam kedua UU itu, setelah kita cermati, banyak klausul pasal yang ingin merebut kembali kewenangan pemerintah daerah, ditarik menjadi sentralistik di pemerintah pusat", tegas politikus senior PKS tersebut.

Presiden PKS Ahmad Syaikhu menegaskan ekonomi daerah adalah salah satu pilar utama dalam pembangunan nasional.

Hal itu terjadi sejak keran reformasi dibuka pada 1998, pemerintah daerah memiliki peran yang krusial dalam menentukan arah pembangunan dengan paradigma otonomi yang lebih kuat, meski tidak dipungkiri semakin ke sini ada gejala-gejala resentralisasi. 

Syaikhu menjelaskan tiga poin penting yang dapat menjadi modal sekaligus faktor penentu pembangunan.

"Pertama, ekonomi daerah memiliki sumber daya alam dan sumber daya lainnya yang sangat berlimpah. Setiap daerah memiliki keunikan, keistimewaan, dan keunggulan masing-masing, sehingga tidak bisa disamakan antar daerah satu sama lain. Keanekaragaman inilah yang menjadi keunggulan komparatif dan kompetitif sebagai pijakan untuk membangun daya saing di level nasional maupun global", jelasnya.

Kedua, Syaikhu menilai daerah dapat menjadi kawasan ekonomi baru melalui serangkaian pembangunan sarana dan prasarana pendukung lainnya.

Dia juga menyebut perekonomian daerah merupakan sumber ekonomi baru. Jika Pemerintah daerah mampu memetakan keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif dari daerahnya, tentu daerah akan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru bagi pertumbuhan nasional.

"Di titik inilah, kreativitas, inovasi dari pemerintah daerah akan sangat menentukan keberhasilan dan kebangkitan ekonomi Indonesia", lanjutnya.

Ketiga, Syaikhu mengingatkan agar ekonomi daerah jangan hanya bergantung pada pendanaan fiskal dari negara.

"Pemerintah daerah harus mampu melakukan akselerasi pembangunan. Pemerintah daerah tidak boleh memposisikan diri sebagai beban pembangunan, tetapi justru wajib menjadi kontributor pembangunan nasional. Untuk itu diperlukan banyak ide kreatif dan inovatif dalam membangun daerah", paparnya.

Mayoritas Daerah Bergantung Pusat

Guru Besar IPDN Djohermansyah Johan mengungkapkan sejumlah catatan evaluatif pelaksanaan otonomi dalam mengejar pertumbuhan ekonomi. Faktanya sebagian besar daerah masih bergantung dana transfer dari pusat.

Dia menyebut saat ini sebagian besar penyelenggaraan pemerintahan daerah di Indonesia belum mandiri secara fiskal sehingga pembiayaan APBD sangat bergantung pada transfer dana dari Pemerintah Daerah.

"Hal ini perlu komitmen kepala daerah untuk kreatif dan inovatif menghadirkan sumber-sumber ekonomi baru yang diorientasikan untuk peningkatan kesejahteraan rakyat daerah," ungkap Prof Djo.

Terakhir Djohermansyah mengingatkan bahwa fenomena resentralisasi dan de-otonomisasi dalam produk legislasi nasional telah menghambat gerak laju kemandirian ekonom Daerah.

Di sisi lain, Gubernur NTB Zulkieflimansyah menceritakan pengalaman NTB dalam menciptakan peluang ekonomi di tengah pandemi.

Menurutnya, ada hikmah di balik pandemi yang membuat pemda dan masyarakat NTB lebih kreatif mendorong pertumbuhan ekonomi didaerah tanpa menyandarkan sepenuhnya pada APBD.

Doktor Zul memaparkan kesuksesan NTB menyelenggarakan event internasional Moto GP yang telah medorong akselerasi pembangunan infrastrukur, mendorong pertumbuhan ekonomi daerah serta transformasi budaya masyarakat NTB menjadi lebih percaya diri.

“Tiga hari Penyelenggaraan  Moto GP Mandalika telah menggerek perkonomian NTB tumbuh sebesar delapan persen dan mendorong peredaran uang masuk sebesar Rp 607 miliar ke daerah NTB," ujarnya.

Zulkieflimansyah menambahkan programnya mengirim 1.000 anak NTB keluar negeri untuk mempelajari bidang sain dan teknologi.

"Setelah kembali dari luar negeri, anak-anak muda tersebut lebih percaya diri, membuka ide dan gagasan baru untuk diperbincangkan  serta mampu membangun jejaring anak daerah kedalam pentas dunia," kisahnya.

Dia menegaskan kunci dalam pembagunan daerah adalah bagaimana menciptakan kolaborasi, sinergisitas, dan harmoni lintas sektoral, pemerintah pusat dan daerah, sektor publik dan swasta.

Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (Fraksi PKS DPR RI) menyelenggarakan acara Mimbar Demokrasi dan Kebangsaan Seri 8 menyambut Hari Kebangkitan Nasional dengan tema "Kebangkitan Ekonomi Daerah: Masa Depan Indonesia", Senin 23 Mei 2022. 

Acara menghadirkan narasumber Gubernur NTB Zulkieflimansyah dan Pakar Otda Profesor Djohermansyah Johan. Presiden PKS Ahmad Syaikhu sebagai Keynote Speaker dan pembuka acara. (mcr10/jpnn)


Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler