jpnn.com - JAKARTA - Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dinilai akan sulit memanen suara pada Pemilu Legislatif (Pileg) 9 April nanti. Hal yang dianggap sebagai penggerus suara partai yang pernah dipimpin Luthfi Hasan Ishaaq itu adalah isu korupsi dan poligami.
Penilaian itu disampaikan pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI), Arbi Sanit, Senin (20/1). "Saya percaya korupsi dan poligami akan menurunkan suara PKS dalam pemilu mendatang," kata Arbi.
BACA JUGA: Politisi Golkar Tepis Anggapan Kecipratan Suap SKK Migas
Selain itu, Arbi juga menilai PKS telah ditempatkan sebagai partai yang mendukung poligami. Ditegaskannya bahwa selain korupsi, poligami juga sudah menjadi sorotan publik.
Karenanya, pemilih perempuan pun pasti menyoroti isu poligami sehingga mempertimbangkan masak-masak untuk memilih PKS. "Partai-partai semacam itu, sudah jadi minoritas suaranya, ada dosanya lagi. Bagaimana mau menang?" ulasnya.
BACA JUGA: 33 Tahun di TNI Jadi Modal untuk Sebar Visi-Misi
Arbi pun menyarankan agar petinggi PKS mengambil langkah-langkah strategis jika tidak ingin perolehan suaranya di pileg nanti. Sebab, persoalan korupsi dan poligami itu bisa mengubur mimpi PKS untuk bisa mengusung calon presiden sendiri.
Penilaian senada juga disampaikan pengajar FISIP UI, Azizah Aziz. Ditegaskannya, publik sulit menerima tokoh yang terseret korupsi dan poligami.
BACA JUGA: KPK Sita Aset Akil Rp200 M
"PKS rasanya turun (perolehan suara di pileg, red) karena ada masalah mantan Presiden PKS (Luthfi, red). Belum lagi kalau lihat di tivi, elit PKS inginnya hidup mewah dan poligami," kata Azizah.(jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... KPK Isyaratkan Tuntut Akil Penjara Seumur Hidup
Redaktur : Tim Redaksi