jpnn.com, JAKARTA - Pupuk Kalimantan Timur (PKT) menyatakan lebih fokus dalam mengembangkan industri hijau berkelanjutan melalui roadmap perusahaan.
Direktur Utama PKT Rahmad Pribadi mengungkapkan pihaknya memulai penerapan industri hijau dan juga mengintegrasikannya dengan berbagai aspek.
BACA JUGA: Cegah Penyelewengan Pupuk Bersubsidi, PKT Gandeng Kapolda Kaltim dan Kajati
Menurutnya, dengan konsistensi dalam penerapan berbagai upaya pengurangan gas buangan serta rutin melakukan evaluasi, perseroan optimistis mampu mencapai target untuk mengurangi emisi gas karbon hingga 32,51 persen pada 2030.
“Kami di Pupuk Kaltim melihat ke depannya perusahaan tidak hanya dituntut menjadi lebih produktif, tetapi juga lebih ramah lingkungan," ujar dia dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat (11/2).
BACA JUGA: Lewat Cara ini PKT Tingkatkan Realisasi Penanaman Pohon Setiap Tahun
Rahmad membeberkan dalam roadmap 40 tahun kedua PKT, pihaknya akan fokus ke arah industri petrokimia yang berbasis renewable.
Roadmap tersebut akan terus dikembangkan dengan fokus pada tiga pondasi utama, yaitu efisiensi energi lewat digitalisasi, diversifikasi usaha dengan bahan baku energi terbarukan, dan melakukan praktik ekonomi sirkular.
BACA JUGA: PKT Bontang KOI Show 2021 Raih Peserta Tertinggi di Kalimantan
"Guna memanfaatkan emisi produksi menjadi komoditas bisnis baru seperti soda ash. Praktik-praktik ini tidak hanya sebagai upaya mengurangi jejak karbon, tetapi dapat memberikan dampak keberlanjutan dan multiplier effect positif baik bagi perusahaan, masyarakat sekitar, maupun negara," beber Rahmad.
Dia menilai dalam upaya pengurangan jejak karbon, saat ini PKT sudah memulai penggunaan biomassa sebagai sumber energi alternatif yang lebih ramah lingkungan.
"Biomass sebagai campuran pembangkit listrik boiler batu bara," ucapnya.
Rahmad optimistis melalui praktik ini, diperkirakan dapat mengurangi emisi pabrik hingga 5,4 persen.
Selain itu, PKT melakukan reaktivasi pabrik urea Proyek Optimasi Kaltim (POPKA-2) yang berpotensi mengurangi emisi 3,4 persen atau sebesar 145.408 ton CO2 per tahun.
"Juga menyiapkan kapasitas penyimpanan carbon storage sebesar 130 MM ton CO2 atau sekitar 21 persen dari total potensi penyimpanan karbon di Indonesia," ungkapnya.
PKT, kata Rahmad, juga secara aktif turut mengembangkan keterlibatan masyarakat sekitar melalui kehutanan dengan mengajak mereka untuk menanam tanaman yang mampu menyerap lebih banyak CO2 seperti mangrove, matoa, mahoni, durian, dan lainnya.
Selain dapat mengurangi gas emisi karbon, dengan adanya kegiatan ini pun mampu memberikan nilai tambah dengan memanfaatkannya menjadi produk lain seperti kosmetik, makanan, dan lainnya.
“Kami mengembangkan budaya ramah lingkungan sebagai bagian dari program Environment, Social, and Governance (ESG) perusahaan," tegasnya.
Ke depannya, PKT menargetkan untuk menanam 50 ribu jenis pohon/tahun yang diantaranya merupakan tanaman mangrove yang mampu menyerap karbon hingga 37.500 ton per tahun.
Program penanaman ini pun nantinya akan terus berekspansi ke wilayah yang lebih luas agar carbon capture atau storage secara biologis tidak hanya terfokus di satu tempat.
"Tidak hanya serapan karbon emisinya, tapi keuntungan bagi masyarakat pun dapat tercapai” jelas Rahmad.
Rahmad juga menyarankan seluruh industri harus bekerja sama untuk menurunkan gas emisi, tidak terkecuali bagi industri petrokimia.
“Peran proaktif dari pelaku industri khususnya petrokimia dalam mengurangi gas emisi karbon perlu semakin digencarkan," ucapnya.
Dia berharap aksi korporasi PKT dapat menginspirasi pihak lain dari sektor sejenis maupun sektor lainnya untuk bersama-sama bertransformasi menjadi industri yang lebih hijau.
"Dengan demikian, bukan tidak mungkin di 2060, Pupuk Kaltim serta industri lainnya akan mencapai net zero emission serta mendukung target pemerintah," tegas Rahmad. (mcr10/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robia