jpnn.com, JAKARTA - Masyarakat diminta untuk tidak memberikan stigma negatif kepada para penderita COVID-19.
Para penderita atau penyintas COVID-19 seharusnya diberikan dukungan agar imunitasnya terjaga sehingga bisa tetap sehat.
BACA JUGA: Waspada! Orang yang Terpapar COVID-19 Tersebar di Ruang Publik
"Jadi mereka itu butuh support. Kalau datang langsung ditutup pintu, itu kan susah," kata pengajar KSM Psikiatri FKUI Hervita Diatri dalam diskusi bertajuk Stop Stigma: Sebar Cinta Saat Pandemi yang digelar di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Jakarta, Senin (28/12).
Terlebih lagi, kata Hervita, bila teman dari orang yang menderita COVID-19 tiba-tiba menunjukkan sikap berbeda, bahkan tidak mau lagi berbicara dengannya.
BACA JUGA: 6 Laskar FPI Tewas, 7 Proyektil Temuan Komnas HAM dari Senjata Rakitan Berkaliber 9 MM?
"Terus yang tadinya teman, tetapi enggak mau ngomong karena berpikiran sama kamu (bisa) kena. Dia pasti merasa sedih, cemas, dan daya tahan tubuh turun," lanjut Hervita Diatri.
Menurut dokter spesialis jiwa itu, label kepada seseorang yang berpenyakit dengan niat menjaga jarak sebenarnya sangat berbahaya. Apalagi sampai terjadi kekerasan.
BACA JUGA: Jenis Baru Covid-19 Mengganas, RI Tolak Kedatangan WNA Selama 1-14 Januari 2021
"Masalahnya bukan sampai menjauhi saja. Tetapi kemarahan karena sampai membawa anggapan risiko kepada saya, sehingga membuat label itu semakin mudah. Kamu adalah sumber penularan," jelas dia.
Orang yang menerima stigma, lanjut Hervita, akan merasa dirinya terkucilkan.
Selain itu, korban labelisasi itu juga tidak mau bercerita kepada orang lain terkait apa yang dideritanya.(tan/jpnn)
Yuk, Simak Juga Video ini!
Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga