jpnn.com, JAKARTA - Fenomena penurunan jumlah perajin kain songket menarik perhatian sejumlah pihak.
Pasalnya, warisan budaya berupa kain songket yang diwariskan turun-temurun juga harus dijaga kelestariannya.
BACA JUGA: Kolaborasi PLN UIP KLT dan BPN Telah Terbitkan 239 Sertifikat Aset
PT PLN UIP3B Sumatra UPT Palembang pun menggelar pelatihan sekaligus memberikan bantuan sejumlah peralatan untuk membuat kain songket.
Bantuan itu dalam memberdayakan perajin kain songket yang jumlahnya terus berkurang, sekaligus melestarikan keberadaan budaya lokal.
BACA JUGA: PLN IP Topang Kebutuhan Listrik Maluku Saat Nataru, Menteri ESDM Bilang Begini
Manager PT. PLN UIP3BS Sumatera UPT Palembang Aris Sopian Hidayat menuturkan PLN secara umum berkomitmen mendukung berbagai program untuk pemberdayaan masyarakat.
Aris menjelaskan Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL) bagi kalangan wanita di Kabupaten Banyuasin, Desa Merah Mata, PLN akan memberikan kontribusi positif berupa pemberdayaan usaha tenun songket.
BACA JUGA: Penuhi Kebutuhan Nataru, PLN Indonesia Power Siapkan Ribuan Personil Siaga
Adapun giat program TJSL yang digelar di Banyuasin, Desa Merah Mata.
"Kami menyadari bahwa tenun songket bukan hanya sekedar kerajinan tetapi juga merupakan identitas budaya yang mencerminkan keindahan dan kerajinan tangan yang luar biasa dari para perajin yang sebagian besar wanita. Melalui bantuan yang diberikan, kami berharap dapat memberikan penguatan kapasitas berupa pemberian alat dan pelatihan serta akses market untuk pemasaran kain songket," papar Aris Sophian dikutip, Selasa (31/12).
Aris Sophian juga berkomitmen akan mempromosikan kain songket melalui media sosial yang PLN miliki. PLN lanjut Aris Sophian juga akan membantu membuatkan website sehingga kain songket yang dihasilkan memiliki daya saing tidak hanya lokal tetapi juga skala nasional bahkan internasional.
Upaya itu mendapatkan apresiasi Sekjen Indonesian Social Sustainability Forum (ISSF), sebuah forum yang menangani keberlanjutan sosial Nurul Iman.
"Pemberian peralatan, studi banding, pelatihan termasuk cara memasarkan kain songket dari PT PLN, ISSF sebagai pendamping pelatihan berharap perajin dan keberadaan kain songket tersebut terus terjaga," ungkap Nurul Iman.
Pj. Bupati Banyuasin Muhammad Farid yang turut hadir dalam pemberian bantuan yang dilakukan oleh PLN menuturkan rasa terima kasihnya mengingat para pengrajin kain songket di wilayahnya terus menurun setiap tahunnya.
"Untuk membuat semangat para perajin kain songket agar hasil produksinya lebih laku, saya kira tidak ada salahnya menitipkan produksi kain songket di toko-toko yang menjual pempek sebagai makanan khas Kota Palembang," ujar Farid.
Farid menyebut banyak warga dari Jakarta maupun kota lainnya yang datang ke Palembang hanya untuk membeli pempek dan kopi pagar alam khas Palembang.
Pemerintah daerah pun akan membantu perajin kain songket untuk bisa menitipkan barang dagangannya di toko-toko ternama yang menjual pempek dan kopi khas Palembang.
Farid menjelaskan bantuan peralatan untuk menenun kain songket oleh PT. PLN UIP3B Sumatera UPT Palembang sangat disyukuri oleh Kartika salah seorang perajin kain tenun songket sekaligus sebagai Ketua Kelompok Pengrajin Kain Songket Jaya Bersama.
Kartika mengaku senang mengingat kegiatan menenun kain songket menjadi bertambah sehingga dapat membantu menaikan ekonomi rumah tangga.
"Saya menjadi penenun kain songket sudah 15 tahun dengan modal pribadi. Dengan bantuan peralatan dan benang yang diberikan oleh pihak PLN kepada ibu-ibu perajin kain songket, saya berharap geliat usaha kain songket tumbuh kembali sehingga bisa meningkatkan ekonomi keluarga," ujar Kartika.
Menurut Kartika sebelum ada bantuan peralatan dan bahan benang kain songket dari PLN, dirinya hanya bisa berproduksi sebagai tenaga kerja saja yang dibayar upahnya oleh pemilik kain.
Namun, setelah adanya bantuan dari PLN, dirinya dan anggota kelompoknya bisa langsung menjual kain songket yang dihasilkan dengan harga yang lebih mahal dari pada sebelumnya.
Produksi kain songket yang dihasilkan berkat bantuan dari PLN, Kartika mengaku pendapatannya bisa naik dari sebelumnya hanya maksimal Rp 500 ribu per bulan menjadi Rp 1,5 juta per bulannya.(mcr10/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul