BACA JUGA: Nepal Pilih Gay Jadi Anggota Parlemen
Perubahan mendadak itulah yang akhirnya menyelamatkan nyawa Gilani, Presiden Asif Ali Zardari, dan para undangan lain yang merupakan petinggi pemerintahan, parlemen, militer, dan diplomat asing
BACA JUGA: Tiongkok Kembali Kirim Misi Luar Angkasa
Kabar terbaru itu memunculkan spekulasi kalau si pelaku bom bunuh diri itu tidak mengetahui soal perubahan tempat tersebut
BACA JUGA: Livni Galang Loby Susun Kabinet Baru
Sebelumnya, sejumlah sumber di kalangan intelijen Pakistan menyebutkan kalau si pengebom sejatinya mengincar kediaman GalianiNamun, karena penjagaan yang sangat ketat, dia akhirnya membelokkan sasaran ke Marriott dan akhirnya menewaskan setidaknya 60 orang, termasuk Dubes Ceko untuk Pakistan Ivo Zdarek. Entah “skenario” mana yang benarYang pasti, hampir bisa dipastikan kalau pengeboman terbesar di Pakistan itu ditujukan untuk membunuh Zardari dan Galiani yang dianggap pro-Amerika Serikat.
Agar kasus tersebut bisa segera terungkap, kemarin Gilani menawarkan hadiah USD 10 juta (Rp 1,2 miliar) kepada siapa saja yang bisa memberikan informasi tentang penyerangan yang disebut sebagai 9/11-nya Pakistan tersebutHingga tadi malam, memang belum ada satu pihak pun yang mengaku bertanggung jawab
Pemerintah Pakistan juga belum melakukan penangkapan terhadap pihak-pihak yang dicurigaiNamun, menurut pejabat tinggi Kementrian Dalam Negeri Pakistan Rehman Malik, pemerintah menduga pengeboman itu dilakukan militan.
“Saya tidak mempunyai kapasitas untuk memberitahu kalian siapa pelakunya, tapi berdasar penyidikan awal, semua mengarah ke Waziristan Selatan,’’ ujar MalikWaziristan Selatan merupakan satu dari tujuh area yang diduga menjadi tempat milisi Taliban dan Al Qaidah bersarangDi wilayah tersebut, mereka disinyalir melakukan kegiatan secara aktif
Namun, dugaan Malik itu ditepis Amir MohammadOrang kepercayaan pemimpin Taliban Pakistan Baitullah Mahsud itu menampik keterkaitan kelompoknya dalam aksi yang membuat sekitar 266 orang luka-luka tersebutPenegasan serupa juga datang dari Kamal Hyder, koresponden Al Jazeera yang punya akses langsung ke Mahsud. “Mahsud tidak yakin kelompoknya telah menyebabkan kematian banyak penduduk lokal,” kata Hyder.
Hyder, mengutip Mahsud, mengingatkan, bahan yang digunakan dalam pengeboman Marriott adalah RDXRDX merupakan bahan yang mudah menguap dan tidak bisa didapatkan di sembarang tempatApalagi, yang dipakai dalam pengeboman Sabtu (20/9) lalu itu cukup banyak, bahkan yang terbanyak sepanjang sejarah terorisme di PakistanHal itu jelas mengundang tanda tanya besar.
“Dimana RDX bisa didapatkan dalam jumlah besar? Dalam penyerangan-penyerangan sebelumnya, militan tidak pernah menggunakannya,’’ imbuh Hyder
Seorang pejabat keamanan menuturkan bahwa bahan peledak yang digunakan Sabtu lalu mirip dengan yang dipakai dalam ledakan di kamp ISI (Inter Services Intelligence—badan intelijen Pakistan) di Rawalpindi dua tahun silam. “Kami masih mengumpulkan buktiBahan yang dipakai juga sama dengan ledakan di Kedubes Denmark yang saat itu diklaim dilakukan Al Qaidah,’’ ujar pejabat tersebut.
Tidak mengherankan bila pasca pengeboman tersebut memicu banyak spekulasi bahwa penyerangan didalangi Al QaidahSebab, terjadi persis setahun setelah pemimpin Al Qaidah Osama bin Laden menyerukan kepada umat muslim untuk melakukan jihad melawan pemerintah Pakistan.
Sementara itu, pengeboman Marriott Islamabad tersebut tidak hanya mengundang kecaman para pemimpin duniaTawaran untuk membantu melakukan penyidikan juga datang dari luar negeriYaitu, dari Biro Investigasi Federal (FBI)Tap, tawaran itu ditampik pemerintah Pakistan“Kami tidak perlu bantuanKami mampu, kokJadi, (tawaran bantuan itu) kami tolak,’’ ujar Malik(AFP/Al Jazeera/CNN/dia)
BACA ARTIKEL LAINNYA... British Airways Tutup Rute Tujuan Pakistan
Redaktur : Tim Redaksi