jpnn.com, JAKARTA - Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Nusron Wahid mengucapkan turut berbelasungkawa atas meninggalnya pekerja migran indonesia (PMI) Tuti Tursilawati.
Tuti yang merupakan PMI asal Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, meninggal setelah dieksekusi mati di Arab Saudi, Senin (29/10).
BACA JUGA: Kabar Duka, TKI Tuti Dieksekusi di Saudi Tanpa Notifikasi
Saat melakukan video call dengan Iti Sarniti yang merupakan ibu kandung Tuti, Selasa (30/10), Nusron meminta keluarga sabar, ikhlas, dan tabah.
“Semua sudah takdir Allah. Semoga Tuti diampuni dosanya dan diterima amal ibadahnya. Keluarga ditinggalkan ditingkatkan derajatnya, diangkat martabatnya dan dikasih kesabaran. Mohon maaf saya tidak bisa datang langsung,” ujar Nusron,
BACA JUGA: Ada 28.916 Permintaan PMI dari 11 Negara
Dia juga meminta Iti memperhatikan pendidikan anak almarhumah yang kini berusia 12 tahun dan sedang duduk di bangku SMP.
Sementara itu, Direktur Mediasi dan Advokasi BNP2TKI Yana Anusasana yang mewakili Nusron memberikan bantuan langsung sebesar Rp 20 juta kepada Iti.
BACA JUGA: BNP2TKI Target Latih 5.000 CPMI dalam Upgrading Skill 2019
Bantuan tersebut diterima langsung oleh Iti dan disaksikan keluarga almarhumah serta kepala desa.
“Dengan kejadian ini semoga almarhumah diterima Allah SWT. Kami sangat berdukacita dan prihatin. Untuk keluarga besar yang ditinggalkan agar sabar. Ini sebagai bentuk perhatian kami kepada Tuti Tursilawati. Kami dari BNP2TKI sudah melakukan upaya yang maksimal. Kementerian Luar Negeri juga sudah bekerja keras,” ujar Yana.
Iti sangat bersedih atas kepergian anak sulungnya itu. Meski demikian, dia mengaku sudah ikhlas.
“Terima kasih kepada Kementerian Luar Negeri dan BNP2TKI yang telah memfasilitasi dan membantu dalam memperjuangkan anak saya walaupun akhirnya seperti ini,” ujar Iti.
Iti berharap jenazah Tuti bisa dibawa pulang ke Indonesia dan dimakamkan di kampung halaman.
Iti menjelaskan, kegiatan keseharian Tuti selama menjalani tahanan adalah mengaji.
Dia menambahkan, Tuti memiliki seorang putra yang berumur 12 tahun. Kini putranya tinggal dengan bersama bapaknya.
Dia mengaku akan tetap memberikan kasih sayang kepada putra almarhumah dan tetap membantu pendidikannya.
“Saya sudah tiga kali bertemu almarhumah di Arab Saudi dan terakhir pada April 2018. Hari Minggu kemarin almarhumah sempat komunikasi lewat video call dan menyampaikan dalam keadaan sehat,” jelas Iti.
Kepala Desa Cikeusik, Kecamatan Sukahaji, Jaenudin mengucapkan terima kasih kepada BNP2TKI yang telah memberikan bantuan.
“Saya juga mohon bantuan pemerintah untuk memberi perhatian khusus terkait pendidikan anak almarhumah,” ujar Jaenudin.
Tuti adalah anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Ali Warjuki dengan Iti Sarniti.
Pada 5 September 2009, Tuti berangkat bekerja ke Arab Saudi sebagai penata laksana rumah tangga (PLRT).
Tuti berangkat melalui PPTKIS Arunda Bayu dan bekerja di Thaif Arab Saudi dengan majikan bernama Naif Al Oteibi.
Kasus Tuti mencuat sekitar 2010. Tuti divonis mati oleh pengadilan di Arab Saudi pada Juni 2011 dengan tuduhan membunuh majikan.
Pembunuhan tersebut tidak disengaja karena dia berupaya membela diri dari upaya pemerkosaan majikannya. Tuti juga kerap mendapatkan pelecehan seksual dari majikannya. (adv/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Transaksi Remitansi PMI di TEI 2018 Capai USD 1,3 Miliar
Redaktur : Tim Redaksi